Iya, sih, memang, di dunia kerja manapun pasti kita dituntut untuk melakukan yang terbaik. Mengingat persaingan juga makin ketat, dan menuntut setiap karyawan melakukan bisa perform. Kalau nggak mau kalah dalam kompetisi yang wajib hukumnya terus berinovasi memikirkan cara kerja yang bisa menunjukkan prestasi.
Bonusnya? Diandalkan rekan kerja dan dipercaya atasan merupakan bonusnya. Namun menjadi yang terbaik ternyata tidak selalu berdampak positif. Bisa jadi hal ini menjadi bumerang bagi kita sendiri, lho kok malah jadi bumerang, ya? Ini dia buktinya…
1. Menjadi target eksploitasi
Orang yang jago pastinya selalu menjadi pihak yang dimintai bantuan atau informasi. Kita tentu bangga kalau menjadi orang yang selalu mendapat kepercayaan atasan untuk tugas atau proyek baru. Belum lagi kita selalu diminta untuk menjadi “pemadam kebakaran” atas berbagai masalah yang dihadapi berbagai pihak. Namun yang perlu diwaspadai adalah ketika waktu kita ternyata lebih banyak dihabiskan untuk mengerjakan tugas yang bukan merupakan dekripsi kerja utama. Atau bahkan kita tidak sempat untuk mengerjakan tugas dan tanggung jawab utama. Banyaknya waktu lembur atau tidak sempat mengajukan cuti juga dapat menjadi lampu kuning bahwa kita sudah tereksploitasi karena ‘kebisaan’ kita. Belum lagi kalau keluarga sudah mulai melayangkan protes atas waktu untuk keluarga yang tersita untuk urusan pekerjaan.
2. Menjadi anak emas
Menjadi anak emas bisa jadi merupakan kebanggaan tersendiri. Tapi jangan salah, pujian dari atasan dan rekan kerja bisa jadi meninabobokkan kita. Bisa jadi kita menjadi besar kepala karena merasa paling jago. Implikasinya adalah kita menjadi terlena dan tidak belajar lebih jauh lagi. Ada kemungkinan kita menjadi lembek dan tidak bisa menolak permintaan dari orang lain tersebut. Dengan demikian kita akhirnya menjadikan diri kita sendiri target eksloitasi orang lain.
Efek lain yang mungkin terjadi karena dianakemaskan adalah adanya rekan yang iri dengan segala perhatian yang diberikan rekan ataupun atasan. Bisa jadi kita malah dijauhi atau bahkan disabotase oleh rekan-rekan lainnya sehingga sulit untuk melakukan koordinasi pekerjaan atau mendapatkan informasi yang dibutuhkan untuk kelancaran tugas kita.
3. Menjadi pohon yang terlalu rindang
Coba kita perhatikan bagian bawah pohon yang sangat rindang. Biasanya tidak banyak terdapat rumput atau tanaman lainnya, dan kalaupun ada akan terbatas pertumbuhannya. Hal ini karena rumput atau tanaman tersebut tidak mendapat cukup sinar matahari untuk mengolah makanannya. Hal yang sama terjadi bila kita menjadi pemimpin yang terlalu ‘mampu’ dan ‘melindungi’ anak buah. Bisa jadi kita selalu memberikan bantuan atau mengambil alih pekerjaan untuk menghindarkan anak buah dari kesulitan. Atau bahkan anak buah menjadi terampas inisiatifnya karena merasakan akan ada yang selalu membantu mereka. Mereka terbiasa disuapi. Mereka selalu datang untuk meminta solusi. Mereka tidak dituntut mengolah masalah dan mengembangkan berbagai alternatif penyelesaian.
Kita sepakat bahwa menjadi orang yang dapat diandalkan merupakan satu prestasi tersendiri. Memang tidak ada salahnya untuk menerima penugasan tambahan sebagai sarana untuk mengembangkan diri dan memperluas wawasan. Namun kita sendiri perlu tetap berhati-hati kita, agar hal ini tidak sampai menimbulkan dampat yang negatif. Untuk itu, kita dapat mempraktikkan beberapa tips berikut ini:
- Berani untuk mengatakan tidak atau setidaknya menunda permintaan bantuan hingga penyelesaian tugas utama kita. Hal ini menjadi penting karena kita sendiri yang paling tahu tentang keterbatasan kemampuan ataupun waktu dibandingkan dengan penugasan tambahan yang diberikan. Tetaplah mengacu pada deskripsi pekerjaan utama sehingga kita tahu batasan bahwa kita sedang membantu orang lain atau sudah dimanfaatkan orang lain.
- Jangan terlena dengan pujian orang lain. Yang pasti kita harus tetap belajar walaupun sudah dianggap paling hebat oleh atasan ataupun rekan kerja. Kita juga tetap waspada dengan kecenderungan untuk memanfaatkan pujian dan kata-kata manis sebagai senjata dari orang lain untuk menguasai kita. Lebih jauh lagi, kita juga harus terus membangun hubungan baik dengan rekan lainnya sehingga tidak memupuk rasa dengki akibat perhatian yang kita dapatkan akibat kemampuan yang dimiliki.
- Delegasi tugas dan wewenang. Jangan menjadi satu-satunya orang yang jago di dalam tim. Jangan biarkan orang lain terlalu mengandalkan kita sehingga akhirnya mereka tidak dapat mengambil langkah secara mandiri. Kita perlu terus membimbing anak buah atau membagikan ilmu kepada rekan lainnya sehingga akhirnya dapat menularkan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja kita. Tidak ada ruginya mengembangkan orang lain karena pada akhirnya orang lain tersebut dapat mengerjakan tugas dengan terampil. Sementara kita siap untuk mengambil tanggung jawab yang lebih besar.