Bayangkan hidup sehari tanpa ponsel. Sanggupkah? Bagi kita saat ini, lebih baik tidak membawa dompet ketimbang tidak membawa ponsel. Sepanjang hari, ponsel menunjukkan kepintarannya dengan notifikasi tanpa henti. Pekerjaan kita pun kerap disela dengan tugas-tugas lain yang semuanya penting dan genting. Pikiran kita seperti komputer dengan banyak tab yang terbuka.
Multitasking sering diasosiasikan dengan produktivitas. Seolah-olah mereka yang jago multitasking bekerja secara efisien. Padahal, penelitian menunjukkan, ketika kita berpindah-pindah dari satu tugas ke tugas lainnya, otak membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri—sebuah proses yang dikenal sebagai switching cost. Ini berarti kita menghabiskan waktu dan energi untuk “berpindah jalur” pemikiran sebelum bisa kembali fokus pada tugas yang harus diselesaikan.
Kehilangan fokus tidak hanya memengaruhi produktivitas, tetapi juga kualitas hidup secara keseluruhan. Pekerjaan yang bisa diselesaikan dalam satu jam malah memakan waktu berjam-jam karena gangguan terus-menerus. Kehilangan fokus juga menciptakan jarak emosional yang sulit dijembatani.
Seberapa sering Anda memeriksa ponsel saat makan malam bersama keluarga, yang berakibat pada kualitas hubungan dengan orang-orang penting di sekitar kita. Jeremy Clarkson mengatakan, “Multitasking adalah kemampuan untuk mengacaukan segalanya secara bersamaan.”
Mengapa kita kehilangan fokus?
Ilmuwan politik Herbert Simon pernah berkata, “Banyaknya informasi menciptakan kemiskinan perhatian.” Dengan begitu banyak hal yang bersaing untuk perhatian kita, fokus menjadi semakin sulit dicapai.
Sebuah studi oleh Microsoft pada 2015 menemukan bahwa rentang perhatian manusia menurun dari 12 detik pada tahun 2008 menjadi hanya 8 detik saat ini, lebih pendek daripada rentang perhatian seekor ikan mas! Apa penyebabnya?
Kita dibanjiri dengan beragam informasi dari media sosial, e-mail, berita, hingga aplikasi pesan instan. Bisa dibilang kita mengalami ledakan informasi digital. Masyarakat modern sering kali mengagung-agungkan kesibukan. Jika tidak terlihat sibuk, kita dianggap malas atau tidak berkontribusi. Tekanan sosial mengharuskan kita melek medsos, berharap kita selalu update dengan info dan tren terbaru. Bahkan, para pensiunan pun tidak lepas dari medsos.
Pada era disrupsi ini, banyak yang mengeluhkan perasaan kewalahan, cemas, dan stres. Ketika pikiran terus-menerus melompat dari satu hal ke hal lain, otak kita tidak memiliki waktu untuk beristirahat dan memulihkan diri. Akibatnya, kita mungkin merasa sibuk sepanjang waktu, tetapi tidak benar-benar mencapai tujuan kita. Inilah paradoks produktivitas yang disebutkan Martin Zwilling: semakin banyak yang kita lakukan, semakin sedikit yang kita capai.
Melatih fokus adalah solusi
Fokus yang menjadi musuh besar multitasking adalah kemampuan untuk memberikan perhatian penuh satu hal pada satu waktu. Dengan memberikan perhatian penuh pada satu tugas, kita dapat menyelesaikannya lebih cepat dan dengan kualitas yang lebih baik.
Fokus membantu kita meningkatkan efisiensi tanpa perasaan kewalahan karena kita tidak mencoba melakukan segalanya sekaligus. Dengan berfokus, kita juga dapat menciptakan koneksi yang lebih dalam dan bermakna.
Cal Newport dalam buku Deep Work menekankan, fokus adalah keterampilan yang kian langka tetapi semakin berharga di dunia modern ini. Pekerjaan yang mendalam dan bermakna hanya bisa dicapai melalui perhatian penuh. Namun, kita perlu ingat bahwa melatih fokus adalah proses yang membutuhkan waktu dan disiplin.
Teknik peningkatan fokus
Zig Ziglar berucap, “Kurangnya arahan, bukan kurangnya waktu, adalah masalahnya.” Fokus dimulai dengan memahami apa yang benar-benar penting bagi kita. Apa yang ingin kita capai dalam hidup? Apa yang memberi makna pada pekerjaan kita? Ketika tahu apa yang penting, kita dapat membuat keputusan lebih baik tentang bagaimana menghabiskan waktu dan memusatkan energi.
Untuk mengatasi gangguan digital, kita perlu mengelola rangsangan digital yang datang ke diri kita, seperti menjadwalkan waktu khusus untuk memeriksa e-mail dan medsos. Telepon pintar kita letakkan di luar jangkauan ketika kita sedang melakukan detoks digital. “Waktu dan fokus Anda adalah milik Anda dan Anda memiliki pilihan di mana ingin menginvestasikannya,” ujar Glenn Grant.
Banyak metode manajemen waktu yang dapat dilakukan untuk membantu meningkatkan fokus dan produktivitas. Misalnya dengan berkomitmen hanya mengerjakan satu tugas dalam satu kurun waktu yang singkat seperti 20–25 menit, beristirahat selama 5 menit, melanjutkan lagi tugas tersebut jika belum selesai selama 20 menit berikutnya, dilanjutkan dengan istirahat lagi selama 5 menit.
Siklus ini dapat dilakukan selama beberapa kali, dan mengambil jeda istirahat yang lebih panjang setelah melakukan beberapa siklus. Misalnya, beristirahat selama 20 menit setelah 4 siklus penuh. Dengan demikian, kita akan bekerja dengan lebih cepat karena waktu yang terbatas, tapi tidak sampai merasa jenuh karena berfokus pada suatu hal untuk waktu yang terlalu panjang.
Michelle Anne, ahli dalam neuro coaching, menyarankan menggunakan pernapasan sebagai medium untuk membantu menenangkan pikiran. Ini memicu respons relaksasi dan mengubah perspektif kita. Memfokuskan perhatian kita secara sengaja membantu membangun jaringan saraf ke tingkat kesadaran atau pemikiran mendalam yang lebih tinggi. Fokus bukan sekadar keterampilan. Ini harus menjadi kebiasaan yang dibangun dengan berlatih setiap hari.
Dalam dunia kerja, fokus tidak hanya berkaitan dengan penyelesaian tugas, tetapi juga tentang menciptakan nilai. Apakah Anda yakin bahwa karyawan tahu apa fokus perusahaan, sebagaimana yang diinginkan oleh pimpinan perusahaan? Bila tidak, bagaimana kita dapat mengharapkan seluruh karyawan bergerak ke arah yang sama?
Perusahaan seperti YouTube dan Instagram sukses karena mereka fokus pada satu hal dan melakukannya dengan obsesif. Seperti kata Michelangelo, “Patung ini sudah selesai dibuat di dalam balok marmer. Saya hanya perlu memahat bahan yang tidak perlu.” Fokus adalah seni untuk menghilangkan gangguan dan menciptakan mahakarya hidup kita.
Dalam dunia yang penuh gangguan, fokus adalah kekuatan super kita.
EXPERD | HR Consultant/Konsultan SDM
Diterbitkan di Harian Kompas Karier 28 Desember 2024
#experd #expert #experdconsultant #hr #hrconsultant #fokus #kekuatan #super #pada #era #disrupsi