was successfully added to your cart.

BERKOMPETISI PADA ERA VUCA

Oleh 24 September 2024 Articles
BERKOMPETISI PADA ERA VUCA

Saat ini, kompetisi tidak lagi bisa disamakan dengan lomba lari. Kompetitor sudah tidak mengikuti jalur yang sama sehingga bisa kita ukur dan pantau. Mereka dapat muncul dari berbagai sudut dan arah. Para pemain baru yang tidak masuk hitungan tiba-tiba hadir dan menyalip posisi para pemain lama.

Yang mengejutkan, ternyata mereka datang dengan kualitas yang baik, cepat, dan dengan harga yang bersaing bahkan bisa lebih murah. Menghadapi hal ini, kita tidak memiliki pilihan, kecuali menelaah diri, memikirkan bagaimana strategi bertahan dan bersaing, serta menyiapkan pola pikir baru agar tetap kuat berkompetisi.

Pada era volatility, uncertainty, complexity, dan ambiguity (VUCA) ini, lingkungan berubah dengan cepat. Kita kekurangan data untuk dengan percaya diri membuat keputusan. Berbagai tren muncul dan tenggelam silih berganti, mempersulit kita  untuk menemukan mana yang penting bagi perkembangan bisnis organisasi dengan yang tidak.

Beragam pertanyaan berkecamuk di benak kita dan sulit untuk terjawab sempurna, antara lain siapa pelanggan dan pesaing kita pada masa depan? Bagaimana cara dan dengan siapa kita menghasilkan uang pada masa depan? Bagaimana kita menggabungkan fleksibilitas dan efisiensi? Bisnis baru apa yang akan muncul dan sukses di pasar?

Yang pasti, dalam hidup ini adalah ketidakpastian sehingga kita perlu mempersiapkan diri untuk menghadapi apa saja yang muncul di depan mata. Keinginan pelanggan yang sering berubah, pesaing yang bisa saja tidak mengikuti etika dagang, nilai tukar uang yang fluktuatif, dan masih banyak hal yang terjadi tanpa memberi tanda terlebih dulu.

Dalam setiap situasi tersebut, ada organisasi yang jatuh dan hilang, tetapi juga ada yang semakin berkibar. Ini berarti perubahan itu sebenarnya bersifat netral, tergantung cara kita menyikapinya. Apakah kita dapat mengubah sikap dan pola pikir agar tetap gesit berubah di tengah gejolak yang tiada henti ini. Maukah kita melakukan transformasi pada diri sendiri agar tidak hanya bertahan, tetapi justru dapat memanfaatkan kesempatan yang ada?

Bertransformasi selagi berkinerja

Pertama, kita perlu menelaah kembali organisasi kita sendiri. Apakah struktur organisasi memungkinkan kita untuk fleksibel beradaptasi secara cepat? Apakah setiap insan dalam organisasi memiliki kesadaran untuk melakukan perbaikan berkelanjutan yang dapat membuat proses lebih efektif dan efisien? Apakah setiap orang memiliki program belajarnya masing-masing yang mengikuti tuntutan perkembangan bisnis?

Ketika kehidupan sedang stabil dan baik-baik saja, data yang lebih lengkap memang akan menghasilkan keputusan yang lebih baik. Namun, saat kehidupan berubah menjadi tidak stabil dan semakin kompleks, data juga berubah dengan cepat dan sulit dipahami.

Data yang semakin banyak malah bisa menyesatkan dan membuat pengambilan keputusan semakin sulit. Kunci kepemimpinan cerdas pada era VUCA adalah pengambilan keputusan dengan data minim. Pengambilan keputusan dengan data minim merupakan kekuatan insting manusiawi yang berevolusi untuk berkembang dalam lingkungan yang tidak dapat diprediksi dan sulit ditiru oleh AI.

Sejarah menunjukkan bagaimana mereka yang jeli melihat kesempatan dapat mengubah masa depan mereka. AirBnB, platform penyewaan tempat tinggal yang saat ini beroperasi di lebih dari 190 negara dan memiliki valuasi lebih dari 113 milliar dollar AS, pada awal pandemi hampir terpuruk. Namun, kemudian membangun network baru, cara, dan model penginapan baru yang akhirnya bisa bertahan melewati pandemi.

Untuk menghidupkan kekuatan, kita mengendus hal-hal unik dan bernilai besar. Kita perlu mengaktifkan pola pikir seperti anak kecil yang bebas bereksperimen tanpa rasa takut. Anak kecil yang terpesona dengan hal-hal yang tidak biasa dan kerap bertanya: bagaimana jika…? Fokus pada hal-hal unik dari setiap orang yang kita temui, setiap tempat yang dikunjungi, dan setiap kejadian yang kita amati. Berimajinasilah mengenai beragam kemungkinan yang bisa terjadi.

Kita juga tahu manfaat dari kekuatan mendengar. Namun, pada masa yang serba kompleks dan ambigu ini, mendengar saja tidaklah cukup. Kita perlu kuat dalam mengajukan pertanyaan. Alih-alih bertanya mengapa, prioritaskan untuk bertanya apa, siapa, kapan, di mana, dan bagaimana.

Pertanyaan mengapa akan membawa otak mencari jawaban yang sudah jelas dan terlihat rasional untuk menjelaskan situasi yang telah terjadi. Sementara itu, pertanyaan apa, siapa, bagaimana dapat membawa kita pada hal baru yang tidak disangka-sangka.

Ketika bertanya mengapa pelanggan membeli produk kompetitor, mungkin kita hanya mendapat jawaban karena harga yang murah sehingga membuat kita memfokuskan energi untuk perang harga. Namun, pertanyaan siapa pelanggan kita, apa kesukaan mereka, bagaimana mereka menikmati waktu luangnya, tantangan apa yang mereka hadapi dalam keseharian, dan lain sebagainya bisa membawa kita semakin mengenal pelanggan untuk mengimajinasikan produk yang dapat mengisi kekosongan yang belum dipikirkan kompetitor.

Nvidia sukses menguasai pasar dengan berfokus pada segmen GPU yang menguasai 80 persen pangsa pasar. Fokusnya ini dapat membuat mereka lebih cepat berinovasi dibandingkan pasar segmen CPU.  

Menghadapi situasi yang tidak terprediksi tidak cukup hanya membuat rencana 1, 2, atau 3 karena ini berarti kita hanya bersiap untuk hal-hal yang sudah diramalkan. Kita harus belajar mempersiapkan diri untuk menghadapi kegagalan dari implementasi rencana yang sudah disusun dan bangkit dengan cepat menyusun rencana baru. Don’t optimize the plan, do optimize the planner.

Yang juga penting dalam berkompetisi menghadapi era tanpa kejelasan ini adalah kemampuan mengasah empati. Bagaimana kita bisa mendapatkan informasi lebih cepat dan lebih lengkap dalam memahami perspektif pelanggan untuk pengembangan produk.

Pinterest, sebuah startup teknologi yang berfokus pada segmen data visual, seperti fashion dan desain, telah mengumpulkan basis klien untuk kebutuhan spesifik ini. Sebesar 81 persen penggunanya adalah perempuan dan 55 persen penggunanya menggunakan aplikasi ini untuk mencari barang yang akan dibeli, dibandingkan dengan 12 persen pengguna Facebook.

Dengan pola pikir yang fleksibel membangun strategi yang adaptif serta kemauan untuk terus berinovasi, perusahaan dapat tetap kompetitif di tengah ketidakpastian.

EXPERD   |   HR Consultant/Konsultan SDM

Diterbitkan di Harian Kompas Karier  21 September 2024

#experd #expert #experdconsultant #hr #hrconsultant #berkompetisi #pada #era #vuca

Untuk informasi lebih lanjut, hubungi marketing@experd.com