Masa depan, yang sebenarnya adalah ‘perwakilan’ dari waktu, memang bisa dianggap sebagai sesuatu yang tak jelas. Tidak ada garansi. Menjelang tutup tahun, ramalan begitu marak dilontarkan oleh berbagai “ahli”, yang ilmiah sampai yang sekedar menggunakan feeling. Banyak orang menjadikan ramalan ini sebagai prediksi untuk mengambil langkah antisipasi. Namun, siapa yang bisa dengan tepat meramalkan apa yang akan kita hadapi? Keadaan cuaca saja semakin sulit kita ramalkan. Keadaan ekonomi pun tidak selalu ‘bright’. Orang yang paling bahagia di dunia pun mengalami pasang surut. Hal yang membedakan satu individu dengan yang lain adalah kemampuan untuk bangun kembali, memperbaharui spirit, berfokus pada solusi dan bukan terpaku pada ketidakpastian. Inilah saat yang baik bagi kita untuk membuat pergantian tahun sebagai ‘reminder’ terhadap segala sesuatu yang salah di tahun lalu dan membuka mata lebar-lebar terhadap kesempatan yang ada di depan mata, tetapi belum sempat ditangkap.
Perasaan baru
Banyak orang menekankan perencanaan di atas kertas dan analisa mendalam untuk menyusun action plan ke depan. Ya, analisa memang sangat diperlukan, namun kita terkadang tidak sadar, bahwa keputusan untuk maju, apalagi dalam keadaan serba tak jelas, bersifat emosional. Emosilah yang menyebabkan kita berani mengambil langkah dan risiko. Untuk itu kita pun perlu pandai membenahi keadaan emosi kita. Ethan Kross seorang psikolog dari University of Michigan mengatakan bahwa satu satunya jalan untuk mematangkan emosi kita adalah menelaah masa lalu. Kross mengatakan : “Visualize your hurts and worries as balloons, and release them to the sky”. Untuk bisa menghasilkan sebuah lompatan, kita perlu berkawan dengan emosi kita dan bukan memendam atau memelihara emosi negatif atau rasa sakit hati yang kita alami.
Individu yang sehat dan produktif memiliki kemampuan untuk mengakui kelemahan emosinya, sehingga ia mampu mengendalikannya dengan lebih baik. Emosi kita memang perlu kita siagakan untuk merangkul ketidakjelasan, bagaikan seorang pemain tenis yang berjaga-jaga terhadap bola yang akan datang, tak tentu mana arahnya. Jadi, perasaan kita hanya perlu dibasuh dan dibersihkan, agar kembali segar dan baru menyambut semua tantangan di masa datang. Untungnya, perasaan memang tidak pernah kering dan kehilangan sumbernya, sehingga kita pasti bisa merasa ‘baru’.
Membuat yang baru
Sudah banyak bukti bahwa perusahaan seperti Sears, Goodyear, Xerox, yang tadinya berkembang pesat dan tidak membayangkan akan mengalami penurunan, tiba-tiba seolah tidak mempunya cengkeraman lagi di pasar. Keadaan ini membuktikan bahwa kita memang perlu bersiap pada saat kita merasakan kesuksesan dan merasa mumpuni. Energi untuk terus meraih sukses ternyata juga ditentukan oleh bagaimana kita melihat perjalanan karir kita. Banyak orang melihat dan membayangkan perjalanan karir seperti kurva normal, yaitu meniti karir sampai mencapai puncak, kemudian pada usia 56 tahun kinerjanya menurun dan tidak melihat adanya kemungkinan untuk mendaki lagi. Sebaliknya, orang yang terus tumbuh, biasanya melihat perkembangan karir sebagai kurva “S”. Ia melihat dirinya sebagai orang yang mendaki karirnya, dan senantiasa bersiap-siap untuk memulai sesuatu yang baru, terus mencari jalan yang menanjak dan dipenuhi tantangan..
Bila kita mau sedikit memeras otak, membuat pertumbuhan karir dan produktivitas kerja sebagai kurva S sama sekali bukan hal yang mustahil. Setidaknya, niat untuk selalu membuat “leapfrog” atau loncatan kodok, dan bukan perkembangan yang sekedar 10-15 %, akan membuat adrenalin kita menyemburkan spirit untuk mengambil tindakan. Agar merasa bahwa kita terus berada di “awal” sebuah proses, kita perlu mencari dan memulai cara lain, misalnya mencari teman baru, menemui pelanggan baru, membuka pasar baru atau teritori baru. Semua hal yang baru otomatis akan memberi tantangan berbeda yang menyulut energi baru. Dengan cara ini “keadaan memulai” akan mempengaruhi mental kita dan semangat juang seolah diperbaharui dengan sendirinya. Kita harus meyakini bahwa individu mempunyai mempunyai kekuatan super untuk meraih impiannya. Ia pun bisa mengubah dirinya, situasi dan membuka hati untuk hal-hal yang baik. Untuk itu, merasa “baru” adalah hal yang sangat penting untuk hidup kita ini. Selamat tahun baru!
(Dimuat di Kompas, 31 Desember 2011)