Orang atau pemimpin yang bisa menginspirasi dan membawa perubahan memang akan selalu kita kenang. Salah seorang putra teman saya, menyimpan kumpulan pidato Bung Karno bahkan sampai hafal semua judul dan ungkapan-ungkapannya. Anak muda ini tidak pernah menyaksikan bung Karno dalam keadaan hidup, namun hanya terinspirasi oleh nama besar dan jalan pikirannya. Michelangelo dan Leonardo de Vinci menggugah para ahli matematika, ilmuwan, seniman serta penyair lainnya untuk berpikir “beda”, sehingga masa mereka hidup kemudian dinamakan jaman Renaisance: the Scientific Revolution. Inspirasi mereka tidak hanya mengubah persepsi dan cara pikir orang di sekitarnya saja, tapi juga dunia. Orang yang inspiratif seolah bisa merasuk dan menghipnotis pikiran kita, sehingga kata-katanya teringat terus. Inspirasi yang kita terima, membuat kita ingin mengembangkan diri, melakukan lebih dari keadaan sebelumnya. Di sisi lain, kita bisa juga menyaksikan pemimpin, pejabat atau atasan yang tidak membawa dampak dalam hidup kita. Kata-katanya, pengumumannya, pidatonya seolah lewat begitu saja, tidak menggelitik kita untuk memikirkan apa yang diungkapkan ataupun mengadakan dialog dengan diri sendiri. Mengapa ada orang yang bisa begitu kuat menginspirasi namun sebaliknya ada orang yang seolah hanya punya ‘pepesan kosong’ dalam ekspresinya?
Obsesi yang Penuh Passion
Orang yang mampu menginspirasi orang lain, tentunya mempunyai kekuatan ekstra. Para ‘speaker’ yang menyebutkan diri mereka ‘motivator’ sekalipun, tidak selamanya mampu mengubah hidup pendengarnya secara signifikan. Seorang ahli mengatakan bahwa orang seperti Martin Luther King yang berhasil mempengaruhi kaum kulit hitam maupun putih mengenai persamaam hak, mempunyai obsesi yang tidak pernah lepas dari dirinya. Obsesi ini sudah melalui penolakan orang, keraguan, bahkan tidak jarang menyebabkan individu dipenjara. Buah pikiran yang dibawa ke mana-mana dan mengalami cobaan kiri kanan ini akan dengan sendirinya menjadi kuat, keras, besar, bergreget bahkan mulia, karena mewarnai seluruh kehidupan pribadi dan pembicaraan-pembicaraan serta ‘sharing’ kita dalam pergaulan.
Orang yang mampu menginspirasi orang lain, juga memberikan gambaran mengenai masa depan yang lebih baik, positif dan cerah. Oprah Winfrey, selalu obsesif mengenai pengembangan kepercayaan diri setiap individu, walaupun individu yang mengalami trauma seberat apapun. Orang yang inspiratif mengajak masyarakat untuk menyadari kenyataan, membuka mata lebar-lebar, sekaligus memberi alasan-alasan yang bisa diterima agar tetap optimis. Itu sebabnya kita tidak mungkin berhasil menginspirasi orang lain bila apa yang kita katakan tidak tercermin dalam kehidupan pribadi kita. Seorang ahli mengatakan:” if you really want to inspire others to do something then this ‘something’ should be a big part of your life.”
Inspirasi adalah Kualitas Hidup
Dalam kehidupan kerja, bermasyarakat dan berbangsa yang tidak pernah lepas dari berbagai tantangan dan masalah, jelas kita butuh orang yang bisa menginspirasi untuk melakukan perubahan dan mengambil tindakan nyata. Setiap individu sebetulnya bisa menjadi orang yang inspiratif, tidak perlu menunggu punya jabatan, jadi pimpinan ataupun menunggu tua dulu. Anak-anak muda yang baru lulus kuliah dan mengikuti program “Indonesia Mengajar”, terbukti mampu menginspirasi tidak hanya “adik” didik, namun guru serta orang-orang di daerah penempatannya untuk lebih maju. Gerakan mereka pun senantiasa membuat kita terharu dan memaksa kita memikirkan kontribusi yang bisa kita berikan untuk kemajuan bangsa. Ibu saya, seorang ibu rumah tangga biasa, berhasil menempelkan pesan pesan, gaya hidup serta prinsip penting dalam kehidupan putra putrinya, sehingga mampu menyangga kehidupan kami agar ‘stay positive’. Dalam peran kita sebagai orang tua, saudara, karyawan, atasan pernahkah kita berpikir bagaimana kita bisa berguna bagi orang lain dan memberi inspirasi bagi orang lain?
Untuk bisa menginspirasi, hal pertama yang perlu kita pertanyakan pada diri sendiri adalah apakah diri kita terinspirasi oleh pemikiran kita sendiri? Banyak orang lebih sibuk ‘melihat keluar’ sampai tidak pernah memikirkan apakah ia sendiri mempunyai greget terhadap satu prinsip, visi maupun misi tertentu. Kita bisa berkomitmen untuk hidup sehat, menjalankannya, mempengaruhi orang di sekitar, memberi informasi, menolong orang lain melalui apa yang kita yakini, sehingga akhirnya buah pikiran kita itu benar-benar mewarnai diri kita. Hanya dengan sikap hidup dan prinsip yang keras kita bisa menarik kesimpulan dan memperdalam keyakinan kita. Hidup dengan prinsip itu menyebabkan kita memiliki pengalaman seputar prinsip tersebut, sehingga kita bisa berceritera mengenai hal-hal yang menarik dan bisa dipegang oleh orang disekitar kita. Setiap orang perlu berstrategi bagaimana memberi ‘input’ kepada orang di sekitarnya, sambil juga siap menerima masukan, komentar, dan pemikiran mengenai prinsip yang dikumandangkan. Tidak sulit, bukan?
(Dimuat di KOMPAS, 15 Oktober 2011)