was successfully added to your cart.

ENTREPRENEUR: PEJUANG BISNIS

Dream it-Believe it-Pursue it


 


Seorang eksekutif di perusahaan media yang sangat top, bercerita pada saya mengenai rencananya untuk meninggalkan organisasi yang sangat dicintainya itu. Padahal, ia masih sangat ‘terpakai’ dan relatif muda. Alasan utamanya adalah karena ia takut semangatnya menurun bila ia terus berada di perusahaan tersebut, tanpa bisa berkreasi dan mengambil risiko.  Ia pun merasa perusahaan tempatnya bekerja mulai tua, “Doing the same thing”, katanya. Atasannya, ketika ia berpamitan, berkomentar, ”Mungkin kita-kita ini sudah mulai tua, sehingga tidak berani mengambil risiko”.


 


Sebagai pengamat, saya sungguh menyayangkan, melihat atasan ‘kalah’ spirit dengan anak buahnya. Padahal, untuk meneruskan perusahaan diperlukan visi agar perusahaan tetap gesit, fleksibel, fokus, memiliki horison jauh bahkan selalu futuristik. Sebagai wirausahawan, pimpinan perusahaanlah yang paling bertanggung jawab bila perusahaan mulai ‘melempem’. Atasan atau pimpinan perusahaanlah penarik pedati perusahaan untuk di bawa ke masa depan yang kian hari kian kompetitif ini.


 


Beberapa dekade lalu, entrepreneurship dianggap sebagai kualitas langka yang hanya dimiliki oleh pucuk-pucuk pimpinan perusahaan atau pengusaha-pengusaha. Bahkan, di beberapa perusahaan tertentu, orang-orang dengan semangat entrepreneurship tinggi, tidak diterima bekerja, karena dianggap ’membahayakan’ perusahaannya. Kekuatirannya adalah, mereka bisa melakukan ‘copy-paste’ kegiatan perusahaan, mendirikan perusahaan sejenis, bahkan menjadi kompetitor pula!


 


Saat ini, tanpa bisa dibendung, anak muda lebih komersial dan ‘profit oriented’. “Kalau tidak bermain dengan risiko, tidak seru!” demikian keyakinan mereka. Jiwa kewirausahaan, di mana kreativitas menjadi kompetensi, sekarang dianggap penting dalam mengembangkan bisnis. Karenanya, spirit entrepreneurship tidak boleh hanya dimiliki oleh para pimpinan perusahaan, tetapi perlu dimiliki oleh sebanyak mungkin individu dalam organisasi. Bahayanya bila entrepreunership tidak disadari keberadaannya, dan tidak secara sengaja di pelihara dalam suatu organisasi adalah: organisasi bisa cepat ‘mati muda’.


 


Perluas Peluang, Hitung Risiko


Dunia memang sedang didominasi oleh populasi anak muda “gen Y”. Dunia bisnis pun sedang didominasi oleh musik, hiburan, dan beberapa hal yang dikuasai oleh dunia anak muda. Inilah sebabnya semangat ‘discovery’ dan kejelian melihat peluang dari anak-anak muda ini perlu ditampung dan justru dikembangkan pada setiap karyawan.


 


Tidak heran lagi bila karyawan diberi kesempatan untuk  membuat ‘business unit’ sendiri untuk mencobakan idenya. Ambisi karyawan yang berjiwa entrepreuner perlu ditampung. Keinginannya untuk mendapatkan ‘uang lebih’ daripada sekedar gaji pun perlu diseimbangkan dengan risiko yang ditanggung dan diperhitungkan. Bila perusahaan bisa mendapatkan untung melalui pengambilan risiko yang cermat, perhitungan yang mantap, dan pertimbangan bisnis yang tajam, mengapa tidak memberi kesempatan?


 


Passion’ yang Tak Ada Batasnya


To love what you do and feel that it matters – how could anything be more fun..? Katharine Graham.


Saya tidak tahu kapan teman anak saya, pengusaha café ,club dan restoran, beristirahat dan tidur. Malam hari ia berkeliaran di salah satu restorannya, menyapa tamu, mengontrol bar dan mencicipi makanan. Siang hari, ia berada di kantor dan mengontrol pembelian. Setiap akhir minggu, kita akan mendapatkan sms darinya pribadi mengenai event-event spesial yang sedang berlangsung di cafenya. Kecintaan pada pekerjaan  memang tidak berbeda  dengan mengerjakan hobi: tidak kenal waktu. Ini juga adalah rahasia para entrepreuner. Seorang entrepreuner tidak menghitung jam kerja, karena fokus totalnya adalah pada keberhasilan. Inilah sebabnya keberhasilan juga lebih di depan mata daripada orang orang yang sekedar berjiwa ‘pegawai’.


 


Action, Action, Action!


Beda semangat entrepreuner dengan pekerja biasanya juga terletak pada implementasi. Seorang entrepreneur tidak kenal kata menunggu atau mengobservasi saja. Dia adalah pemain dan partisipan dalam setiap kegiatan.


Semangatnya adalah ‘action’. Kesadaran bahwa problem solving dan risk taking hanya bisa dilakukan sempurna melalui komunikasi yang lancar dan terbuka, membuat para entrepreuner senantiasa mengasah ketrampilan komunikasinya. Mereka adalah ‘speaker’ sejati.  Hal ini jugalah yang menyebabkan para entrepreuner ini mudah menampilkan  optimisme, yang kemudian ditularkan ke lingkungan sekitarnya, yang lalu berbalik menjadi bersemangat men-support kesuksesannya.


 


Bagaimana dengan individu yang sudah terlanjur menjadi ‘pegawai’ dan belum pernah terpikir untuk mengarahkan diri menjadi entrepreneur? Kita tidak perlu menjadi entrepreuner. Yang perlu dikembangkan adalah semangat dan mindset-nya, karena dalam perusahaan yang maju, para ‘intrapreneur’ (eksekutif berjiwa entrepreuner) juga tetap bisa berkarya dengan leluasa.


 


Box :


Ciri-ciri Entrepreneur  


      Semangat Berprestasi


      Sibuk Mencari Peluang


      Think Big & Whole


      Intuisi Tajam dalam Berbisnis


      Berani dan Siap Mengambil Risiko


      Toleran terhadap Ambiguitas


      Optimis dan Segera’Bangun’ saat Jatuh


      Cepat Berhitung & Mengambil Keputusan


      Terpacu untuk lebih ‘Sejahtera’


 


 Ditayangkan di Kompas, 24-Februari-2007

Untuk informasi lebih lanjut, hubungi marketing@experd.com