was successfully added to your cart.

After Reaching The Top : What Next ?

Oleh 30 Agustus 2005 Articles

Seorang kerabat dekat saya memiliki pengalaman kerja yang bagi saya cukup mengagumkan. Saat ini ia baru ditunjuk sebagai presiden direktur dari sebuah perusahaan nasional yang merupakan joint venture Asing dengan partner lokal yang bergerak di bidang penjualan, pemasaran dan distribusi consumer goods (FMCG) tertentu.


Jika anda baru kenal dengannya , anda akan mengira bahwa dia sudah bertahun-tahun bergerak di bidang Sales dan Marketing. Nyatanya, dalam dua puluh tahun karirnya sebagai professional, ia pernah menggapai posisi top manajemen puncak di bidang yang sangat berbeda: Ia adalah mantan Direktur Human Resources sebelum akhirnya ia memutuskan untuk pindah ke divisi penjualan pada sebuah perusahaan FMCG  yang berkantor pusat di Amerika Serikat. Sebelum ia keluar menjadi presiden direktur, posisinya terakhir adalah sebagai Direktur Penjualan di perusahaan  tersebut. Apa rahasianya, sehingga ia bisa sukses di HR dan juga sukses di Sales & Marketing ?


Di mata saya, sang kerabat saya ini merupakan seorang pribadi yang mengesankan. Saya ingin mengetahui bagaimana dan mengapa akhirnya ia mengambil keputusan untuk ‘keluar jalur’ dari Human Resources pindah menuju Sales & Marketing. Saya juga ‘penasaran’ bagaimana ia berjuang menggeluti Sales dan Marketing sampai akhirnya kembali mencapai posisi puncak sebagai Direktur Penjualan.


Baru-baru ini saya berkesempatan minum-minum kopi dengan dirinya di sebuah cafe dan saya berhasil menanyakan hal diatas kepada dirinya.


Di pertengahan tahun 1980an ia pulang dari Amerika Serikat dengan gelar MBA dari sebuah universitas ternama. Sewaktu di AS ia sempat bekerja di sebuah perusahaan minyak multinasional yang berkedudukan di Texas. Pulang dari AS ia langsung pindah ke perusahaan minyak lain karena ia ditawari posisi yang lebih senior , yaitu sebagai Head of Resourcing. Tapi di perusahaan minyak ini ia juga tidak ‘tahan’ lama. Setelah kurang lebih 5 tahun, ia merasa ‘mentok’. Ia mendiskusikan hal ini dengan atasannya.


Atasannya menawarkan posisi di kantor pusat di sebuah negara Eropa tapi peluang ini ditolaknya. Setelah menerima beberapa tawaran sebagai HR manager dari beberapa perusahaan baik lokal maupun multinasional, akhirnya ia memutuskan untuk keluar dari perusahaan minyak tersebut dan pindah ke sebuah perusahaan soft drink multinasional.


Di perusahaan ini ia mengulangi lagi reputasinya sebagai seorang professional yang ambisius, berintegritas tinggi, cerdas dan selalu berhasil melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik. Selain itu, ia pun dikenal populer di mata semua orang, baik atasan, kolega maupun bawahan. Ia dikenal sebagai seorang people person tetapi juga dikenal sebagai orang yang tegas dan berani mengambil keputusan-keputusan yang tidak populer, misalnya melakukan PHK terhadap temannya yang diketahui melakukan tindakan korupsi.


Pelan tapi pasti karirnya menanjak. Sebagai seorang HR Director, tugas pertama yang dilakukannya adalah mengunjungi operations perusahaan sehingga ia memahami seluk beluk perusahaan. Dengan mengetahui tantangan-tantangan perusahaan, maka ia akan dapat menentukan kontribusi HR dalam membantu sales dan marketing mencapai tujuan perusahaan.


Dalam kegiatan sehari-hari, hal ini dilakukannya dengan banyak mengajukan pertanyaan dalam rapat-rapat direksi, walaupun tidak ketika sedang membahas mengenai masalah human resources. Jika sedang membahas tentang bisnis maka ia biasanya akan bertanya detail tentang masalah tersebut dan mencari tahu ''angle'' dari human resources. Misalnya apakah dengan memberikan training kepada staff yang bersangkutan, maka masalah yang terjadi dapat diselesaikan.


Dengan memulai dari business requirement maka ada beberapa keunggulan yang dapat dicapai. Yang paling utama adalah bahwa solusi yang akan disampaikan oleh HR pasti akan diterima /mendapat buy-in dari business managers. Selain itu, ia memiliki credibility karena para business managers akan menaruh respect orang yang memahami business mereka. Bagaimana ia melakukan hal ini ? Ia travelling 5 hari setiap minggu sepanjang tahun, ia kunjungi operations perusahaan di daerah. Bertemu dengan para GM, staff dan yang paling penting tentunya adalah bertemu dengan konsumen.


Dalam waktu kurang dari 3 tahun ia dipromosikan menjadi Direktur Human Resources di perusahaan tersebut. Rupanya setelah dalam posisi ini selama kurang lebih 2 tahun, ia kembali merasa bahwa ia telah mencapai situasi levelling out, dimana ia tidak dapat lagi mencapai posisi yang lebih tinggi.


Setelah melihat peluang-peluang yang ada, akhirnya ia mengajukan suatu usulan yang cukup radikal kepada manajemen. Ia mengusulkan untuk dipindahkan ke posisi senior di Sales & Marketing. Mula-mula usulan ini ditolak oleh manajemen. Manajemen menganggap ia lebih baik tetap pada posisinya dan ia ditawarkan untuk menjadi HR Director di negara lain, walaupun masih pada perusahaan yang sama.


Karena ia cukup keras kepala maka akhirnya manajemen setuju untuk memindahkannya dari posisinya yang lama  sebagai HR Director. Sebagai bagian dari ‘keras kepalanya’ itu, ia bahkan sempat menantang manajemen. “Jika saya tidak bisa mencapai target penjualan, kan mudah saja. Silakan pecat saya, saya akan terima dengan fair dan no hard feelings”. Rupanya ia memang bukan tipe orang yang suka dengan kemapanan. Ia ingin selalu mencoba tantangan baru, mencari kondisi yang lebih baik dibanding dengan yang dihadapinya saat itu.


Tingginya kepercayaan manajemen atas dirinya membuat ia  pertama tama dipindahkan sebagai GM Sales sebuah area yang relatif kecil namun tetap memiliki berbagai tantangan. Ia dipindahkan sebagai GM Sales lebih karena senioritas pangkatnya sebagai mantan anggota direksi dan bukan sebagai tanda kemahirannya dalam bidang yang baru ditekuninya ini.


Di posisi yang baru ini ia mengkombinasikan pendekatan human resources dengan pendekatan marketing dalam memajukan perusahaan. Mungkin di sinilah ia berbeda dengan rekan-rekannya GM yang lain. Kerabat saya ini menyadari bahwa semua permasalahan dalam organisasi, jika ditarik benang merahnya, maka akan bermuara pada Manusia. Sebaik apapun strategi atau sehebat apapun organisasi yang mengimplementasikan strategi tersebut, tetapi jika tidak didukung oleh staf yang memiliki motivasi yang tinggi, rasa ‘belonging’ kepada organisasi dan keinginan untuk selalu berbuat lebih baik setiap hari, maka mustahil organisasi tersebut akan semakin maju. 


Dengan pendekatan ini, ia berhasil menuang sukses dengan peningkatan penjualan yang luar biasa. Untuk pertama kalinya dalam sejarah perusahaan, daerah operasi yang dipimpinnya berhasil memenangkan berbagai penghargaan prestasi penjualan. Tim manajemen yang dipimpinnya dikenal sebagai tim yang sangat solid dan kompak dan ia dikenal sebagai atasan yang disegani oleh bawahan dan juga oleh manajemen di kantor pusat.


Tidaklah mengherankan jika ia dianggap berhasil dalam tugasnya ini. Sebagai imbalannya maka manajemen kantor pusat memindahkannya ke daerah di Pulau Jawa yang lebih besar dan merupakan pasar ketiga terbesar setelah Jakarta. Lagi-lagi di penempatan yang baru ini ia mengkombinasikan pengalaman sales dan marketing nya yang semakin matang dengan pendekatan human resources yang sudah mendarah daging.  Setelah menghabiskan waktu dua tahun maka akhirnya ia ditarik ke kantor pusat dan ‘kembali’ ke posisi dewan direksi, yaitu sebagai Direktur Penjualan Regional Luar Jawa. Setelah hanya satu tahun di posisi ini, ia kembali dipromosikan menjadi Direktur Penjualan Nasional. Dan itulah posisinya yang terakhir sebelum akhirnya ia memutuskan untuk keluar dari perusahaan itu dan menjadi presiden direktur di perusahaan nya yang sekarang.


Jadi, apakah ‘moral of the story’ dari paparan saya diatas ? Menurut saya, jika anda sekarang berkarir di HR, tidak berarti anda tidak bisa pindah ke bagian lain dengan hasil yang sama ataupun malah lebih baik. Mungkin saya harus lebih eksplisit lagi : Jika anda merasa sudah ‘mentok’ dalam posisi anda sekarang (dan tidak harus di HR) , mengapa anda tidak mempertimbangkan untuk ‘putar haluan’ sekaligus dan mencoba berkarir di fungsi lain. Kerabat saya bisa melakukannya, jadi andapun pasti bisa juga.


Selamat mencoba ! 


 

Iwan Salim, seorang professional pada perusahaan minyak multinasional yang pernah beberapa kali bekerja di luar negeri pada beberapa negara. Ia juga mahasiswa pada Program Pascasarjana Ilmu Manajemen, FEUI. E-mail : iwanfuadsalim@yahoo.com
Untuk informasi lebih lanjut, hubungi marketing@experd.com