
Kita sering mendengar kepanjangan populer dari TEAM yang berarti together everyone achieve more. Mirip pepatah lama “bersatu kita kuat, bercerai kita runtuh”. Sebagaimana yang kita lihat di dunia olahraga maupun organisasi, tim yang memiliki banyak talenta hebat tidak selalu dapat meraih kemenangan bila masing-masing talenta memiliki ego untuk bersinar sendirian.
Organisasi unggul merupakan perpaduan antara bakat dan kekompakan karena memiliki kemampuan menyelesaikan masalah yang lebih baik. Seperti sapu lidi dengan batang-batang lidi yang kuat tapi dengan ikatan lemah, daya bersihnya akan kalah dengan sapu yang memiliki ikatan kuat. Penelitian Harvard Business Review menemukan bahwa tim dengan kohesi tinggi menunjukkan produktivitas 50 persen lebih tinggi dan tingkat stres yang lebih rendah.
Seorang pemimpin yang baik memahami bahwa membangun kohesi tidak sekadar memberi pidato motivasi atau membuat sesi team bonding yang klise. Kohesi tim, seperti tingkat kelekatan emosional, komitmen, dan rasa memiliki anggota tim terhadap tujuan bersama adalah perekat yang membuat tim tetap solid, terhubung, dan mampu menghadapi tantangan bersama.
Kohesi terbentuk dari kepercayaan, saling menghormati, dan pemahaman mendalam tentang kekuatan serta kelemahan setiap anggota serta kesediaan untuk saling mendukung. Dalam dunia kerja yang dinamis, kohesi memberikan stabilitas emosional yang memungkinkan anggota tim bekerja dengan lebih efektif.
Kohesi juga mempercepat adaptasi dalam perubahan organisasi dan meningkatkan retensi karyawan karena individu merasa dihargai dan memiliki tempat dalam tim. Tanpa kohesi, tim hanya menjadi kumpulan individu yang kuat sekalipun, tetapi hanya berdiri dan bergerak sendiri-sendiri.
Kecocokan emosional
Kohesi tim tidak terbentuk begitu saja. Kohesi tim harus dirancang dan dibangun dengan saksama.
Bila individu merasa bahwa tim tempatnya bernaung mencerminkan nilai-nilai yang juga dimilikinya, ia akan lebih mudah mengidentifikasikan diri sebagai bagian dari tim tersebut. Ini disebut dalam social identity theory, yang dikembangkan oleh Henri Tajfel. Teori ini menjelaskan, individu cenderung merasa lebih terikat pada kelompok yang mereka anggap mewakili identitas mereka.
Meski awalnya memiliki nilai yang berbeda, kohesi tim tetap dapat dibangun melalui interaksi berulang ataupun memiliki pengalaman bersama sehingga tumbuh rasa saling mengerti dan semangat untuk berbagi. Situasi menantang, seperti menyelesaikan proyek sulit atau mengatasi krisis bersama, dapat memperkuat kekompakan ketika anggota tim merasa bahwa ia memiliki teman sepenanggungan. Namun, konflik yang tidak terselesaikan dalam interaksi berkelompok dapat mengancam keberadaan tim pada masa mendatang.
Norma, aturan-aturan tidak tertulis dan ritual yang membangun kebersamaan juga dapat semakin memperkuat ikatan. Ritual bisa berupa pertemuan mingguan, merayakan ulang tahun atau hal sederhana, seperti makan siang bersama secara rutin. Norma yang jelas akan membantu menciptakan harapan yang seragam di antara anggota tim sehingga mengurangi ketidakpastian dan meningkatkan kerja sama.
Tugas tim yang dirancang sedemikian rupa sehingga mengharuskan anggota bekerja sama mencapai tujuan, juga dapat meningkatkan kohesi. Teori interdependence oleh Morton Deutsch menunjukkan, semakin besar tingkat ketergantungan antar-anggota dalam menyelesaikan tugas, semakin kuat kohesi yang terbentuk.
Kohesi tim juga dipengaruhi oleh seberapa adil anggota tim merasa diperlakukan. Jika ada anggota yang merasa diperlakukan tidak adil, mereka cenderung menarik diri secara emosional. Untuk itu, kepemimpinan yang adil dan budaya saling mendukung sangat penting untuk memperkuat kohesi.
Keamanan psikologis
Ciri khas tim berkohesi tinggi adalah ketika tim merasakan adanya keamanan psikologis. Keamanan psikologis adalah kondisi tatkala anggota tim merasa nyaman untuk berbicara, mengungkapkan ide, atau mengakui kesalahan tanpa takut dihakimi.
Itu sejalan dengan penemuan Google dalam studi Project Aristotle-nya yang menemukan bahwa tim yang paling sukses bukanlah yang memiliki individu paling berbakat, melainkan yang memiliki keamanan psikologis tinggi. Ini menunjukkan, komunikasi terbuka dan rasa saling mendukung lebih penting daripada sekadar keahlian individu.
Perusahaan layanan video Netflix juga dikenal dengan budaya "freedom and responsibility" saat kepercayaan diberikan kepada karyawan untuk mengambil keputusan besar tanpa campur tangan manajemen. Hasilnya? Mereka memiliki tingkat inovasi dan kepuasan karyawan yang tinggi.
Kestabilan emosi pemimpin juga sangat penting dalam membangun rasa aman psikologis tim. Pemimpin yang meledak-ledak, inkonsisten, apalagi yang menunjukkan preferensi khusus pada tim tertentu, sangat mengancam rasa aman psikologis anggotanya.
Keamanan psikologis ditandai dengan transparansi yang membuat setiap lapisan dalam organisasi dapat memaparkan apa yang sedang menjadi fokus mereka, menerima masukan, dan menghargai diskusi tim. Tidak ada main salah-salahan ketika timbul masalah. Kesalahan justru dilihat sebagai bagian dari proses inovasi dan dianggap sebagai langkah menuju kesuksesan.
Berbeda-beda tetapi satu
Kesamaan memang dapat membuat tim lebih kompak sehingga pergerakan menjadi lebih lincah, tetapi tantangan bagi keseragaman adalah kreativitas. Konflik, perbedaan pendapat tetap dibutuhkan bagi tim sebagai “api” yang dapat memberikan energi kepada tim untuk berkembang menjadi lebih baik.
Kita membutuhkan beragam pandangan, keahlian, dan pengalaman agar dapat semakin memperkaya ide dalam menciptakan inovasi-inovasi baru. Tidak salah bila bapak pendiri bangsa kita memilih semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” agar keberagaman bangsa Indonesia bisa dikelola menjadi kekayaan yang dapat mendorong kemajuan negara kita ini.
Tidak ada tim yang langsung menjadi kohesif begitu saja. Kohesi harus dibangun dengan cara yang sistematis dan berkelanjutan.
“Bakat memenangkan pertandingan, tetapi kerja sama tim dan kecerdasan memenangkan kejuaraan.” – Michael Jordan
EXPERD | HR Consultant/Konsultan SDM
Diterbitkan di Harian Kompas Karier 1 Maret 2025
#experd #expert #experdconsultant #hr #hrconsultant #kohesi #tim