was successfully added to your cart.

2016, TAHUN INOVASI

2016, TAHUN INOVASI

Kaleidoskop di media tontotan maupun bacaan berseliweran dalam benak kita menjelang akhir 2015. Sementara itu, beberapa media bisnis sudah membuat evaluasi tentang bagaimana para pelaku bisnis mencetak laba dan merugi di tahun 2015. Misalnya, Bloomberg mencatat bahwa Warren Buffet merugi 10 miliar dollar AS, sementara pengusaha pengusaha bisnis online, seperti Amazon dan Facebook, semakin kaya di 2015. Kita juga bisa melihat evaluasi kinerja para menteri, maupun perusahaan pemerintah dan swasta di Tanah Air. 

Pada saat yang sama kita sadar bahwa siapa pun akan menghadapi 2016 dengan rasa waspada dan bersiap mengambil ancang-ancang. Bahkan ada pendapat, “The only time you should ever look back is to see how far you’ve come”. Jadi, 2015, baik atau buruk, adalah sebuah milestone yang akan kita lewati, sementara kita pun perlu menghadapi tantangan perubahan cuaca, tenaga kerja, bisnis ekonomi dan tentunya belajar dari berbagai macam bencana maupun kekalahan. 

Banyak hal yang mengagetkan terjadi pada 2015, yang bukan hanya terjadi, tetapi membawa hawa segar perubahan. Keluhan mengenai tidak tegasnya pemerintah dalam memerangi narkoba sudah dijawab dengan hukuman mati yang tegas. Tindakan berantas korupsi meski cukup menegangkan, tetapi membawa harapan baru akan penegakan hukum dan keadilan yang lebih baik. Prestasi pemerintah dalam membangun infrastruktur pun sudah mulai terlihat. Bahkan, penekanan presiden tentang pentingnya perubahan sikap dan perilaku, yang tidak sekedar bersifat seremonial semata, telah ditegaskan dalam pidato beliau baru-baru ini. Tampak jelas bahwa perubahan dari 2015 ke 2016 ini tidak selazim perpindahan tahun-tahun sebelumnya, yang seolah berjalan mulus, mengalir dari tahun ke tahun. 

Terlalu banyak tantangan dan perubahan yang kita alami. MEA atau globaliasi sudah semakin menghangat dan berlangsung di depan mata. Tak pelak lagi, kita sungguh-sungguh dituntut untuk bersaing. Perusahaan-perusahaan semakin menyadari bahwa mereka tidak mampu berbuat apa-apa kalau mereka tidak bernilai tambah atau memegang “kunci” keberhasilan. Bloomberg juga mencatat bahwa megamerger antara raksasa-raksasa industri dunia menyentuh tingkat tertingginya di tahun 2015, jauh melampaui tahun-tahun sebelumnya. Hal ini diharapkan mampu membuat mereka semakin efisien dan taktis dalam meraih peluang maupun menghadapi tantangan pasar. Dengan perkataan lain, kunci bisnis sedemikian terbuka sehingga untuk menciptakan keunggulannya, baik invididu maupun organisasi, harus berfikir dan berupaya sangat keras.       

Perpindahan tahun yang disruptif 

Tahun ini kita melihat semarak Go-Jek yang tidak terbendung. Bahkan, regulasi pemerintah pun harus menyesuaikan diri terhadap kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Dampaknya, gelombang pemakai, pengendara, dan sibuknya alir aplikasi serta bisnis makanan menjadi kian marak dan dimudahkan. Pelanggan pun tidak terbatas pada “orang kecil” saja. Siapa pun menggunakan aplikasi Go-jek karena kemudahan dan kepraktisannya. Tidak hanya terjadi di Indonesia, dunia pun dilanda kekagetan Uber Taxi yang bermodalkan aplikasi serta komunitas berponsel pintar. Diprakarsai oleh Travis Kalanick dan Garrett Camp pada tahun 2009, Uber semakin mendunia di tahun 2012. Tidak perlu ada pool kendaraan. Pengemudi pun yang kebanyakan pemilik mobil sendiri tidak sulit dididik tentang prinsip-prinsip servis. 

Masih banyak lagi kejutan-kejutan dalam dunia bisnis yang terjadi. Program diskon hotel sudah berkembang menjadi bukan sekedar hotel, tetapi pinjam-meminjam apartemen, atau villa yang bisa sangat fleksibel dan murah. Dari sini kita melihat bahwa perusahaan yang tadinya kita anggap sudah inovatif bisa tiba-tiba ditindas oleh mereka yang lebih inovatif bahkan disruptif. Pelaku bisnis baru ini sanggup menyasar pasar yang lebih luas dan menembus segmen pasar yang tidak berkotak-kotak. Perusahaan yang sudah established terkena shock karenanya.

Inovasi bisa disembarang situasi

Kita memang tidak bisa menganggap inovasi sebagai domain orang yang kreatif saja, lalu berpangku tangan, bahkan diam dan tidak berbuat apa pun. Semisal menangani perkara mengatasi kemacetan lalu lintas, apakah cukup hanya dengan mencopot pejabat yang bertanggung jawab? Akankah kita lupa bahwa mengulang kesalahan yang sama, merupakan penyakit psikologis yang harus dibuang jauh jauh? 

Kita terlalu sering memelihara kekakuan kekakuan fungsional, desain maupun sasaran. Kita mudah lupa bahwa kita bisa mendapat kenikmatan yang sama, dengan cara yang lebih praktis bahkan lebih ekonomis. Sudahkah kita menentukan konsep patungan dalam memiliki mobil, dan berkendara. Bukankah ini juga inovatif? Sudahkah kita memanfaatkan tenaga kerja pasca-pensiun sesuai dengan keahlian masing-masing sebagai tenaga coach? Sudahkah kita memanfaatkan besarnya hasrat mulia orang-orang yang ingin menolong lalu mengerahkan mereka dalam kegiatan kegiatan SAR? Sudahkan kita mengelola sampah dengan cara yang lebih kreatif lagi seperti yang sudah dilakukan bank sampah di Malang? Sudahkan kita mengendarai Facebook, Twitter atau media sosial lainnya untuk menunjang proses dan mencapai tujuan pendidikan? Sudahkah kita terbiasa dengan anomali dan menyesuaikan diri dengan keberadaannya? 

Inovasi tidak usah gres

Inovasi membutuhkan kesediaan kita untuk keluar dari sekat-sekat lama, bersikap terbuka terhadap berbagai bidang di luar zona nyaman kita, lalu mencari titik titik temu yang mencerahkan. Ketika biaya makanan rapat, menginap dan perjalanan dinilai berlebih oleh Presiden dan kemudian beliau mencontohkan sendiri untuk duduk di kelas ekonomi, awalnya hal ini terasa “janggal” bahkan diragukan, karena bergerak di luar kelaziman.  

Kita tidak sadar bahwa di sini Presiden melakukan inovasi lawan arus, melawan konsumerisme dan hedonisme masyarakat luas. Masih banyak perubahan sikap, kebiasaan, dan penggunaan perangkat yang perlu kita upayakan kembali. Hal-hal ini bukan cuma mungkin dilakukan oleh para pemimpin, orang-orang besar atau mereka yang berlabel inovator. Kita semua berpotesi dan berpeluang besar untuk melakukannya. Oleh karena itu, mari kita menggagas dan mewujudkan ide-ide inovatif di 2016 dengan keyakinan penuh bahwa kita pasti bisa!

Dimuat dalam KOMPAS, 2 Januari 2016

 

Untuk informasi lebih lanjut, hubungi marketing@experd.com