was successfully added to your cart.

KEPEMIMPINAN EFEKTIF

Oleh 12 September 2014 Articles
KEPEMIMPINAN EFEKTIF

Ketika gaya ‘blusukan’ menjadi populer, banyak orang menganggap gaya kepemimpinan ini paling efektif;  bahkan secara ekstrim tidak ada gaya lain yang lebih efektif. Apakah benar gaya ini paling cocok dengan kondisi Indonesia saat ini tentunya membutuhkan pembuktian lebih lanjut. Ada pemimpin yang efektif sampai sekarang dengan menggunakan gaya bersahabat, bahkan sedikit pemaaf, dan sangat menjunjung tinggi engagement. Namun pertanyaannya kemudian adalah bisakah gaya ini menjamin tim untuk tangguh menghadapi masa depan yang kian berat dan kompetitif dengan kekompakan saja? Ada juga pemimpin yang berusaha menggalakkan ide-ide inovatif dari anak buah, namun kita juga mempertanyakan apakah ide-ide kreatif itu sempat diimplementasikan dan dijaga kelanjutannya hingga membawa dampak pada perusahaan?  Kita melihat bahwa gaya kepemimpinan yang tampaknya populer alias cool, bisa efektif atau bisa juga tidak. Semuanya tergantung pada bauran beberapa faktor yang ada untuk bekerja dalam situasi kinerja tertentu. Satu hal pasti adalah bahwa setiap pemimpin yang modern perlu sadar bahwa ia tetap harus bersiaga diri untuk penyesuaian, pembaruan, dan pengembangan, sehingga bisa menjaga relevansi kinerjanya dengan situasi pasar. 

Banyak orang yang bertanya-tanya apa rahasia sukses Dahlan Iskan melambungkan Jawa Pos.atau juga Agung Adiprasetyo,  si tukang koran dalam membawa si raksasa media melakukan beragam transformasi bisnisnya sampai ke bisnis perhotelan. Apa pula rahasia  Jonan, tukang sepur, yang berhasil membuat PT KAI untung,  pelanggan  dan karyawan sama-sama happy? Yang jelas kita tidak bisa sekedar melihat gayanya saja, atau hanya substansi yang dikerjakan, atau bahkan hasil yang diproduksikan. Kesemuanya itu merupakan interelasi dari gaya dan substansi tadi. Namun yang jelas, pemimpin di situasi sekarang sudah tidak bisa tenggelam dan tidak menonjol lagi. 

Sebagaimana organisasi, pemimpin pun perlu menemukan competitive edge-nya, substansi yang menyebabkan dirinya efektif dan sustainable. Efektif di masa lalu, bukan jaminan efektif di masa depan. Kita terkadang lupa, bahwa kepemimpinan mau tidak mau adalah permainan survival of the fittest yang kejam:  siapa yang kuat dan tahan, dia yang menang. Sebagai pemimpin kita perlu menyadari saat-saat bahwa keputusan-keputusan kita mulai tidak tepat, kuno, dan tidak connecting the dots, baik antara kerja tim dengan pasar, atau  antara kompetensi dan perkembangan. Jangan sampai terlambat untuk menyadari bahwa kita sudah mulai kehilangan daya observasi dan selalu ketinggalan dalam melihat kesempatan, yang dengan mudah terlihat oleh pemimpin lain. Atau malah menjadi pemimpin yang mulai takut dicopot atau digeser – akibat sudah merasakan nyamannya posisi – sehingga berkembang menjadi pribadi yang selfish,  tidak bisa menerima masukan, sok tahu,  dan bahkan merasakan kesepian karena tiba-tiba followers-nya  berkurang. Karena pemimpin sebagaimana juga manusia-manusia lain yang ada di dalamnya adalah intangible asset perusahaan untuk belajar, berubah, dan berganti mindset. “Have a bit of personality” kata Karen Bosher, salah  seorang pemimpin kelompok Mothercare, Inggris. Kita perlu berkepribadian menarik dan berani berpikir beda seperti industrialis Richard Branson, pendiriVirgin Records dan  Virgin Atlantic Airways. “Beranilah bertanya, meminta maaf, dan bersuara keras”, katanya.

“Reinvent’ diri

Suatu waktu bertemu seorang pemimpin yang tampaknya sudah senior alias berumur namun memiliki mindset yang jauh lebih segar dari mereka yang berusia di bawahnya. Beliau sangat berani menghadapi perubahan, memandang perjalanan karirnya dan perusahaan sebagai perjalanan yang masih sangat panjang, bahkan mengungkapkan brutal facts yang dihadapi perusahaan dengan gamblang dan positif. Beliau dengan ringan mengatakan bahwa setiap hari yang dihadapi harus dianggap sebagai tantangan  yang akan membawa perubahan, dan kita harus berespons untuk memperbaiki diri. Jadi, kita tidak perlu berusia muda untuk mampu berjiwa muda. Kepemimpinan yang tahan lama adalah kemampuan bersikap proaktif terhadap perubahan pasar, sehingga kita siaga untuk berubah, baik dalam pendekatan maupun sikap secara keseluruhan. Memang benar, kalau pemimpinnya tidak siap berubah. bagaimana pula ia bisa menggoyang, membelokkan organisasinya?  Jadi tidak ada salahnya kita lebih sering bertanya pada diri sendiri: Apakah gaya kepemimpinan saya sudah mulai usang? Bila ya, apa yang akan dilakukan untuk mengubah pendekatan ini? Kebiasaan apa yang harus dihentikan? Kebiasaan apa yang masih harus dipelihara? Juga apa yang harus saya pelajari dan mulai biasakan? 

Meredefinisi efektivitas

Saat sekarang kita tidak bisa menerima pemimpin yang tidak bisa mawas diri, tidak tahu kekuatan dan kelemahannya, sehingga ia tidak bisa bermain dengan kekuatan yang ada dalam dirinya. Bila ia jago dengan angka, maka ia harus menuntut anak buah menyajikan angka - angka sebagai modal mengambil keputusan. Bila ia perlu banyak mendengar gambaran yang perlu diimajinasikan, maka sesi-sesi presentasi anak buah perlu digalakkan.  Seorang pemimpin haruslah “Strengths-Savvy” sembari memperhatikan apa lagi hal-hal yang masih bisa di-‘stretch’ dan dikembangkan, karena kita tidak bisa lagi menerima seorang pemimpin yang tidak lentur. 

Gambaran kita akan ke mana perlu diperjelas, sering-sering dikaji kembali, disebut lagi, dan dibicarakan. Pemimpin sekarang harus mampu melakukan drafting and communicating sendiri. Tidak mungkin visi -misi dibuatkan oleh orang lain atau timnya. Ia harus pandai menggambar dan menggambarkan apa yang ia mau, sambil tentunya memperhatikan aspirasi para follower-nya. Pemimpin sekarang perlu sangat “human”dan “socially conscious”. Hanya dengan kedalaman ini ia bisa menularkan kelenturan dan daya tahan untuk menghadapi kesulitan masa depan kepada anggota timnya. 

Satu-satunya jalan untuk memenuhi tuntutan kepemimpinan zaman sekarang adalah sikap jujur, terutama pada dirinya sendiri. Hampir tidak satu pun pemimpin yang bisa mengklaim bahwa gaya kepemimpinannyalah yang paling efektif. Faktor penentu kesuksesan yang menentukan memang sangat banyak. Yang jelas, seorang pemimpin perlu tetap otentik, dengan ketulusan niat dan rasa bangga karena sudah membina rasa percaya dan hubungan baik dengan anak buah.  “The most valuable thing you have to offer is yourself. Don't be afraid to be different.. Be afraid to be the same.”

Dimuat di KOMPAS, 6 September 2014

Untuk informasi lebih lanjut, hubungi marketing@experd.com