was successfully added to your cart.

TERPILIH

Oleh 14 Juli 2014 Articles
TERPILIH

Selamat Bapak Presiden , Anda terpilih!! Mari sejenak kita rayakan bersama pesta kemenangan dengan meriah. Terbayar sudah segala jerih payah perjalanan kampanye, yang bahkan sudah dimulai jauh sebelum masa kampanye ditetapkan. Namun seperti setiap perayaan  yang ada, setelah pesta usai, kita segera dihadapkan pada realitas di depan mata, akan tantangan yang dihadapi, akan harapan yang masih harus diperjuangkan. Indonesia, dengan 240 juta penduduk, 13.500 pulau,   501.969 km jalanan,  34 propinsi, 133 juta hektar hutan, 1.919.443 km luas daratan, jalan kereta api  sepanjang 3861,5 km dan masih banyak ‘platform-platform’ lain yang memang sudah merupakan  aset,  tetapi sekaligus menunggu untuk digarap lebih baik bersama seluruh rakyat.  Di sinilah kita bisa merasakan betapa kekuasaan yang kita menangkan berkonsekuensi  tanggung jawab yang besar. Bagaimana bila kontrol terhadap sekolah-sekolah  tidak menjangkau daerah-daerah terpencil? Bagaimana bila pangan  tetap menjadi supermahal di daerah-daerah yang tidak dapat dijangkau? Bagaimana bila pembabatan hutan tetap berjalan tanpa ada yang mampu menghentikan?  Bagaimana bila perikanan tetap dijarah nelayan negara asing, tanpa kita mampu  mengejar para pencoleng itu? Di sinilah kita sebagai pemimpin akan mendapatkan tatapan penuh harap sekian juta rakyat Indonesia, dan bahkan masyarakat global, yang sungguh menunggu  tindak nyata dari segala yang dijanjikan selama masa kampanye. Akankah dilakukan terobosan terobosan yang membuat negara kita lebih ‘gemah ripah loh jinawi’?  Akankah kita melihat budaya yang bisa kita banggakan di area regional, serta dihargai sebagai manusia-manusia  profesional, produktif, pandai , dan jago berkreasi?  Akankah kita mengantar anak anak kita ke pendidikan yang aman , nyaman, terjangkau kantong, dan terpercaya sekaligus menantang dan meneguhkan?

Bangun bangsa yang positif dan beretika

Kita sudah tahu bahwa mengembangkan sikap, berubah ,atau membentuk kebiasaan bisa kita mulai dari hal-hal kecil terlebih dahulu.  Inisiatif untuk membangun agar bangsa kita dihargai,dan bergerak ke arah ‘excellence’ yang obsesif perlu dicanangkan sesegera mungkin dengan cara sesederhana mungkin agar dapat dilaksanakan oleh semua orang.  Tentunya penegakan kebiasaan dan etika ini  perlu dilakukan setiap individu dengan motivasi yang kuat. Dimulai oleh pemimpin sebagai panutannya mengingat  ia adalah figur yang paling kelihatan dan paling disorot semua lapisan dan seluruh rakyat.  Tentunya tim yang  mendukung sang pemimpin juga perlu menampakkan kebiasaan-kebiasaan etis dan bertanggung jawab ini. Tingkah laku berdisiplin, tertib, jujur, dan tegas perlu didorong dan dikumandangkan setiap saat. Bersamaan dengan itu, pemimpin juga perlu mengajak rakyat untuk membangun negeri melalui kompetensinya masing masing dengan tetap menunjukkan sikap yang terpuji. 

Suatu ketika pernah seorang pemimpin bank, ketika berhadapan dengan masalah  ‘non performing loan’ saat mulai menjabat,  justru membenahi banknya dengan berfokus pada mental manusia-manusianya. Proyek pembenahan kultur tersebut ternyata menampakkan hasil,  bukan saja pada kebiasaan manusianya, tetapi bahkan ke kinerja finansialnya. Dari sini kita membuktikan bahwa penggarapan manusia merupakan inti dari segala macam upaya pembenahan. Hal ini memang masuk akal karena secanggih apapun teknologi,  manusialah arsitek dari seluruh program yang ada. Kerusakan mental manusia akan berdampak pada kerusakan blueprint pengembangan, secanggih apapun blueprint tersebut. “ A leader is responsible for the set of ethics or norms that govern the behavior of people ....”

Kita perlu bangkit dengan semangat baru, mengurangi konsumerisme secara drastis, hidup sederhana tetapi cerdas, dan selalu ingin melakukan yang terbaik. Kita tidak pernah boleh merasa rendah diri, tidak global, tidak modern ataupun berpendidikan rendah. Bukankah ini sudah terbukti dengan kemenangan putra putri kita di Olimpiade Sains seperti  fisika, biologi dan matematika, meskipun mereka berasal dari daerah terpencil?   Bukankah kesederhanaan tidak selalu merupakan kemiskinan? Bukankah keterpencilan tidak selalu berarti tidak mengglobal? “Getting Better Never Stops” perlu dimulai secara konsisten, penuh ke-pede-an dan terarah disertai dengan kerja keras, kuat dalam berhubungan dengan orang lain serta terampil baik dalam analisis maupun berbahasa. 

Menumpang ke-bhineka-an

Sejarah, tradisi, adat, keberbedaan suku, agama, bahasa serta kemajuan teknologi yang ‘hi-tech, hi-touch’ janganlah dipandang sebagai kendala. Justru inilah aset yang berharga bagi masyarakat dan bangsa.  Kombinasi antara teknologi praktis, robotik dan hi tech serta toleransi terhadap semua keberbedaan bisa dilakukan bila pemimpin kuat mendengar , menerima masukan dan dan mengintegrasikan semua ahli, dan profesional  untuk memecahkan masalah dan melaksanakan perbaikan.  “The future is omni-channel”, ungkap seorang pemimpin negara lain. Strategi , tim legislatif dan eksekutif, serta angkatan bersenjata,perlu disentuh dan ditransformasikan melalui segala macam saluran komunikasi, baik itu memanfaatkan sarana elektronik, media sosial, media cetak, maupun secara ketuk tular, atau bergaya multi level marketing.  Semua cara, semua saluran, semua partai  dan semua individu perlu dilibatkan sebagai suatu kekuatan yang menyatukan kebhinekaan, demografi, dan keluasan ‘archipelago’  kita.  Kita perlu siap sedia bagi para tamu, pelanggan, investor asing, serta wisatawan untuk bermitra, dan menyediakan tenaga kerja , yang bisa terdiri dari  putra daerah yang profesional dari berbagai disiplin. Universitas perlu dipersiapkan menjadi mitra bagi industri dan lembaga pendidikan lain di luar negeri , agar bisa memajukan ilmu demi keuntungan bersama.

Kesejajaran antara kekuatan etik perilaku dengan pencapaian target adalah satu satu  kemungkinan untuk memajukan  bangsa. Sudah kita buktikan negara yang luluh-lantak terkena bom peperangan bisa bangkit dengan kedalaman etika setiap rakyatnya. Demikian juga negara yang mengalami perang saudara berkepanjangan akhirnya bisa bangkit lagi melalui pembangunan budaya, musik, kuliner, dan manusianya. Semuanya ini dimungkinkan hanya bila tim di pemerintahan terdiri dari orang orang yang mumpuni, kuat bekerja, dan menguasai strategi, dan menembus hingga penerapan.  Seorang pemimpin tidak akan berarti, bila ia tidak didukung oleh  para pemain yang kuat. “It’s not about you, Mr Leader” “It’s about them. It’s about a relationship between you and them”. 

Tahun 2015, Ibu Pertiwi Indonesia akan berusia 70 tahun dan tiga dasarwarsa setelahnya Indonesia akan melampaui satu abad sebagai negara yang merdeka. Tapi apakah kita sudah sepenuh-penuhnya mandiri, tegak berdiri di antara komunitas global, sembari mewujudkan visi para pendiri bangsa, masyarakat adil dan makmur? Ini sepenuhnya di tangan kita sebagai rakyat yang berada dalam suatu tim besar yang dikelola oleh pemimpin yang kita pilih sendiri. Dan kita pasti bisa!

Dimuat di KOMPAS, 12 Juli 2014

Untuk informasi lebih lanjut, hubungi marketing@experd.com