Dalam budaya kerja modern, ada keyakinan bahwa produktivitas berbanding lurus dengan jumlah jam yang dihabiskan untuk bekerja. Hasil wawancara dengan para CEO selalu membicarakan betapa mereka bekerja dalam jam kerja yang panjang. Kebanyakan bangun pukul 4 pagi, bekerja sambil makan siang, dan bahkan melembur hingga malam.
Cara kerja ini sering kali dianggap sebagai lambang dedikasi. Padahal akal sehat kita akan mengatakan bahwa menerapkan gaya kerja ini dalam jangka waktu panjang dapat berakibat kelelahan. Bahkan setelah tren bekerja dari mana saja sudah berlaku, banyak karyawan tetap merasakan kelelahan.
Kelelahan ini, ditambah dengan penurunan tingkat keterlibatan karyawan, menyebabkan produktivitas yang lebih rendah dan tingkat stres yang lebih tinggi di tempat kerja.
Hentikan pola pikir “selalu bekerja”
Peneliti mencatat bahwa pola pikir "selalu bekerja" sebenarnya menurunkan efektivitas kerja. Profesor psikologi Roy F Baumister menganalogikan sumber daya internal yang kita miliki, layaknya mekanisme penyimpanan energi. Sumber daya ini dibutuhkan untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang terkait dengan pekerjaan, seperti memfokuskan atensi, mengontrol emosi, sampai mengambil keputusan.
Semakin banyak kita bekerja tanpa jeda, semakin terkuras energi kita yang membuat kita lelah atau stres. Kondisi ini akhirnya akan mengurangi produktivitas kerja. Kita bisa jadi kurang fokus dan membuat kesalahan sehingga memakan waktu lebih lama untuk menyelesaikan proyek. Kelelahan juga bisa membuat kita memiliki emosi negatif dan mudah menyerah ketika dihadapkan pada target kerja.
Tidak jarang, stres yang bertumpuk juga mendorong munculnya “tanduk-tanduk” kita karena ketidakmampuan untuk mengendalikan perilaku yang tidak efektif.
“Baterai” kita memang perlu diisi ulang atau paling tidak dijemur dulu. Mengambil jeda mungkin terlihat seperti membuang waktu, tetapi data mengatakan sebaliknya. Microbreaks, jeda singkat selama 30 detik hingga beberapa menit, telah terbukti dapat meningkatkan fokus, mengurangi kelelahan, dan meningkatkan kinerja.
Menariknya, jeda singkat ini membantu kita menjaga tingkat energi sepanjang hari, menurut Sophia Cho, asisten profesor psikologi di North Carolina State University. Ini sangat penting untuk pekerjaan yang membutuhkan periode fokus yang lama, seperti pekerjaan administratif atau kreatif.
Jeda singkat di antara aktivitas padat
Kita perlu mengingat prinsip bahwa sumber daya mental dan fisik kita terbatas. Tubuh dan pikiran manusia membutuhkan waktu untuk beristirahat. Ketika kita duduk dalam waktu lama dan berkonsentrasi pada satu tugas, tingkat energi kita secara alami mulai berkurang. Dengan mengambil jeda singkat memungkinkan otak dan tubuh beristirahat sejenak sebelum kembali bekerja dengan fokus yang lebih segar.
Meskipun jeda dapat memberikan rasa lega, pada individu yang berbeda, aktivitas tertentu lebih efektif daripada yang lain. Jenis microbreaks yang umum meliputi peregangan atau berjalan kaki. Bila kita perlu sesaat berhenti fokus pada layar komputer, kita bisa berjalan ke kamar kecil, memperbaiki riasan di wajah, ataupun naik-turun tangga beberapa lantai saja.
Itu bisa meningkatkan sirkulasi darah untuk meredakan kelelahan dan meningkatkan fokus. Obrolan singkat dengan rekan kerja tentang hal yang tidak berkaitan dengan pekerjaan juga dapat memberikan jeda mental dan memungkinkan perubahan suasana.
Ada individu yang merasa lega dan relaks bila bersentuhan dengan alam. Menikmati udara terbuka sejenak, memandangi warna langit, bersentuhan sebentar dengan tanaman bisa menghibur baginya. Banyak juga orang yang membangun kebiasaan untuk melakukan power nap, yakni tidur di bangku selama 5-10 menit. Mereka merasa segar setelah bangun tidur, walaupun dalam waktu yang singkat. Beberapa orang juga melakukan latihan pernapasan dan mengembangkan prinsip mindfullness seperti mengosongkan pikiran, bermeditasi, atau mendengarkan musik yang menenangkan.
Gejala sekarang, aktivitas yang banyak dilakukan saat jeda adalah mengakses media sosial. Banyak orang menikmati kebiasaan ini, tapi ini bukanlah cara yang efektif. Penelitian menunjukkan, scrolling di media sosial dapat meningkatkan kelelahan emosional, yang akhirnya menurunkan keterlibatan dan kreativitas. Sebuah studi mencatat, 97 persen karyawan mengaku menggunakan media sosial selama jeda. Namun, tidak ada bukti bahwa mereka merasa semakin lega dan relaks sesudahnya.
Selain jenis aktivitas, kita juga perlu memperhatikan waktu dan frekuensi microbreaks. Waktu istirahat yang lama tidak selalu lebih baik. Jeda singkat lebih bermanfaat di pagi hari, jeda lebih panjang akan efektif di sore hari saat tingkat kelelahan meningkat.
Penelitian Baylor University menemukan bahwa mengambil jeda antara pukul 10 hingga 11 pagi, bahkan di jam-jam produktivitas puncak, dapat menghasilkan kinerja yang lebih baik secara keseluruhan sepanjang hari. Inilah cikal bakal munculnya coffee break pada jam-jam tersebut. Meskipun singkat, jeda yang dilakukan secara teratur, sekitar setiap 90 menit, terbukti mengoptimalkan fokus dan kinerja.
Budayakan microbreaks
Sebagai pimpinan perusahaan ataupun lembaga, pemahaman tentang optimalisasi energi harus kita internalisasikan dulu. Kita perlu meyakini bahwa meluangkan waktu untuk istirahat jauh lebih produktif daripada memaksa orang memelototi layar komputernya terus-menerus. Karyawan pun perlu menghapus rasa takut dianggap malas atau tidak produktif.
Organisasi dapat menciptakan kebijakan, misalnya menetapkan waktu jeda selama rapat yang waktunya panjang. Poster yang mengingatkan karyawan untuk mengambil jeda singkat dan menawarkan saran tentang aktivitas jeda dapat mendorong budaya kerja yang lebih menghargai kesejahteraan karyawan.
Kita pun bisa memasukkan beberapa tanaman ke ruang kerja, agar karyawan merasa lebih dekat dengan alam. Kita juga perlu membudayakan jeda ini tanpa kekakuan. Cara dan waktu mengambil jeda sangat berbeda dari satu individu ke individu lain. Ini juga menunjukkan bahwa kita memberikan otonomi dan kepercayaan pada mereka.
Mengintegrasikan microbreaks ke dalam hari kerja adalah perubahan kecil tapi berdampak kuat pada peningkatan signifikan dalam kesejahteraan dan kinerja karyawan. Jeda singkat dapat dimanfaatkan untuk mengisi ulang energi mental, pikiran, dan fisik kita agar menjadi lebih segar dan memiliki cukup energi untuk memecahkan masalah dan menjaga produktivitas kerja.
“Istirahat selama lima menit bisa menjadi sangat berarti jika Anda melakukannya pada waktu yang tepat.” - Sophia Cho
EXPERD | HR Consultant/Konsultan SDM
Diterbitkan di Harian Kompas Karier 26 Oktober 2024
#experd #expert #experdconsultant #hr #hrconsultant #jeda #singkat