Dengan mengalami beragam kejadian pada tahun 2020, kita menemukan banyak wisdom lama yang ternyata masih relevan. Pada tahun itu pun muncul sinar-sinar baru yang tidak disangka dalam kehidupan kita. Experd sendiri langsung meluncurkan produk-produk baru dengan metode daring (online), seperti psikotes, assessment, pelatihan, maupun webinar untuk mengakomodasi kebutuhan pasar. Ternyata, ini yang dinamakan resilience.
Saat-saat kemarin juga memberikan kita banyak kesempatan untuk berdialog dengan diri sendiri. Kita mulai memiliki energi baru untuk menghargai apa yang bisa dan tidak bisa kita kontrol. Pada tahun 2021 ini, marilah kita benar-benar menjadi game player, berselancar dengan segala rintangan, membuat vision board ala sutradara film, dan memilih satu judul sebagai tema pergulatan kita di tahun ini.
Banyak orang berpikir, memasuki tahun baru bagaikan membuka lembaran baru dengan kertas putih kosong. Antusiasme seperti ini bisa-bisa menghambat kita membuat sasaran yang realistis dan membumi sesuai dengan kebutuhan dasar kita, karena tahun 2021 ini termasuk tahun yang luar biasa. Memasuki tahun ini, kita bagaikan berjalan di kawat trapeze karena senantiasa harus menyeimbangkan banyak hal secara profesional dan personal.
Mereka yang bisa bertahan, bahkan bergerak maju, pada tahun 2021 tidak hanya kuat, tetapi juga bisa menjadi inspirasi bagi perusahaan lainnya. Kita memang perlu membuka pikiran akan kemungkinan cara kerja lain yang sebelum ini tidak terpikirkan. Bisa saja perusahaan yang sama-sama terpuruk pada zaman Covid sekarang berkolaborasi untuk menyusun kekuatan berdasarkan keunikan mereka masing-masing.
Bagaimana mempertajam rasa terhadap apa yang bisa kita lakukan pada tahun 2021 ini? Tanyakan pada diri sendiri: apa saja yang bisa kita syukuri selama tahun 2020 kemarin. Hal baru apa yang kita pelajari mengenai tim kita? Hal beda apa yang bisa kita lakukan di tahun 2021? Bila kita berhasil bertahan dan menang pada tahun 2021, inilah yang disebut resilience.
Seperti apakah resilience itu? Banyak orang yang menyamakan istilah resilience dengan grit, semangat yang tidak ada matinya. Namun, resilience bukan sekadar maju terus. Ia juga memiliki kapasitas untuk recover lebih cepat. Ia juga bisa berespons terhadap stres dengan cara yang sehat. Sikap ini menyebabkan kemampuan untuk mengarahkan volatility, berespons tenang terhadap ketidakjelasan, dan mampu mengimajinasikan hal-hal yang belum terjadi untuk merancang langkah antisipasinya.
Langkah awal tahun
Dengan kondisi yang tidak jelas, kita memang melihat banyak kemunduran dalam bisnis, tetapi kita juga perlu tetap siaga melihat tumbuhnya usaha-usaha baru dan transformasi usaha lama. Contohnya, para pembuat seragam yang sudah beralih menjadi pembuat APD profesional.
Mau tidak mau, kita memang harus membuat rencana kerja sehingga tantangan kita jelas dan kita bisa mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan untuk maju yaitu sebagai berikut.
Dana darurat. Kalau pada tahun 2020 semua serba mendadak dan tidak ada kesempatan untuk mengambil ancang-ancang, sekarang, saatnya kita membuat perencanaan finansial. Ada baiknya kita mempersiapkan dana untuk beroperasi setahun penuh tanpa penjualan sekalipun. Ini bisa membuat kita merasa aman dan fokus pada kemajuan. Satu hal yang tidak pernah boleh lepas dari pengawasan adalah alur kas. Bila dalam kondisi normal kita bisa mengandalkan pengawasan seminggu sekali, bahkan sebulan sekali karena pemasukan yang stabil, saat sekarang kita perlu memperketatnya dengan lebih intensif.
Supply chain. Banyak orang bisa bertahan dalam krisis ini, tetapi banyak juga yang tidak. Oleh karena itu, kita tidak bisa bergantung pada satu pemasok saja. Dari hasil survei terlihat, 73 persen perusahaan-perusahaan besar mengalami kesulitan karena pemasok mereka bermasalah pada saat pandemi ini. Karenanya kita perlu terus mengembangkan jejaring dengan pemasok atau mitra-mitra lainnya. Dengan demikian, kita tidak mengalami bottle neck dalam menyediakan layanan kita. Jangan ragu juga untuk memperluas pasar secara regional dan tentunya memiliki jaringan pemasok regional juga.
Eksistensi digital. Saat sekarang semua bisnis, sekecil apa pun, skalanya sudah hadir dalam dunia digital, baik melalui situs web maupun market place. Namun, dalam krisis tahun 2020, banyak perusahaan lebih mengutamakan kelangsungan proses bisnisnya daripada eksistensinya di dunia digital. Kita sering lupa bahwa garis antara dunia maya dan dunia fisik dalam bisnis sudah semakin tipis.
Kita perlu mengukur sudah berapa persenkah kita go digital dan memperhatikan apakah keberadaan digital ini sudah berarti banyak bagi bisnis. Meskipun demikian, kita tidak perlu panik dan memaksakan semua upaya dalam rangka go digital ini.
Bila tingkah laku pelanggan kita berbeda dengan saat ketika berhubungan secara temu muka, di sinilah tantangan kita untuk mampu mencari jalan lain agar pertemuan online pun bisa mendatangkan hasil. Dengan melakukan digital audit ini kita biasanya bisa menemukan beberapa kompetitor baru yang selama ini tidak kita sadari tetapi tahu-tahu sudah mengancam di depan mata.
Kultur perusahaan. Krisis yang paling besar adalah bila karyawan tidak lagi bersemangat. Ini adalah situasi kita menuntut banyak dari karyawan, sementara situasi hidup mereka pun tidak mudah. Oleh karena itu, komunikasi dengan tim tak pernah boleh putus untuk menjaga semangat mereka tetap kuat. Kita benar-benar perlu merabarasakan mood apa yang sedang beredar dan berusaha mengoreksinya bila perlu.
Hal lain yang harus kita perhatikan adalah mengenai penyimpanan data. Bila masih menjalankan kebijakan bekerja dari rumah, siapkan proses penyimpanan dan pengaksesan data yang memudahkan untuk mendukung proses bekerja yang lebih baik.
“[SHIFT] happens. The trick is to put yourself in a position to survive and even thrive when it does,” kata Nassim Nicholas Taleb.
EXPERD | HR Consultant/ Konsultan SDM
Diterbitkan di harian Kompas karier 9 Januari 2021
#experd #expert #experdconsultant #hr #hrconsultant #2021 #gamemaker