was successfully added to your cart.

PERKEMBANGAN PRIBADI DI TEMPAT KERJA

PERKEMBANGAN PRIBADI DI TEMPAT KERJA

Dalam sebuah survey yang dilakukan oleh sebuah lembaga kajian non profit, ditemukan bahwa hampir separuh responden (49 persen) kurang percaya dengan DPR dalam menjalankan fungsi dan tugas pokoknya sebagai lembaga legislatif. Hanya 23 persen dari 1200 responden yang masih mempercayai DPR. Bagaimana bisa rakyat mempercayai para wakilnya yang menggebrak meja, adu jotos di ruang diskusi, ketika mereka gagal mendapatkan apa yang mereka inginkan, sementara gagal menyampaikan argumentasinya dalam struktur yang jelas dan meyakinkan. Rupanya posisi, jabatan, penampilan maupun tingkat pendidikan seseorang bukanlah jaminan kemampuannya untuk tampil sebagai pribadi yang dewasa. Betapa sering kita melihat atasan di tempat kerja yang bersikap layaknya anak berusia 10 tahun yang hanya berfokus pada kesejahteraannya sendiri, senang mendapat perhatian lebih, menuruti kehendaknya sendiri, namun merengut ketika keinginannya tidak tercapai, atau ketika anak buah tidak melakukan apa yang dimintanya, dan menghindar untuk mengambil tanggungjawab yang menantang namun juga beresiko. Yang dilakukan adalah menuntut, menuntut dan menuntut. Ia bisa menjadi kawan yang menyenangkan manakala semuanya berjalan lancar, namun langsung menghindar dalam menghadapi krisis.

Transaksi – transaksi dalam organisasi, politik dan bisnis pastinya tidak sesederhana perkawanan biasa. Komitmen, negosiasi, tarik ulur ketegasan, komunikasi asertif, keberanian pasang badan perlu dikembangkan sehingga setiap orang tetap bisa menjaga perkembangan pribadinya. Pribadi yang berkembang akan menampilkan sikap positif dan kemampuan bersikap optimis dalam menghadapi hal hal yang sulit. Di dunia politik dan profesional, perbedaan pendapat, sikap, tantangan, dan target yang berat justru adalah makanan sehari hari setiap pekerja. Kesuksesan seseorang dalam menanggulangi konflik atau krisis akan menjadi tabungan pribadinya, dan membuatnya sedikit demi sedikit lebih matang. Personality development, in simpler words makes you a good human being. Tekanan dan stress yang dialami oleh individu dapat dikelola menjadi proses pengayaan pribadi. Kemampuan individu untuk bangkit kembali, tetap berpikir jernih dalam situasi genting, bahkan bisa berdiri tegak menjadi motivator pembangkit semangat bagi anak buahnya tentunya akan menjadi nilai jual yang lebih tinggi bagi perusahaan atau institusi. Sebagai profesional kita perlu mengingatkan diri bahwa kepribadian, kematangan, reaksi, sikap dan bahkan ketenangan dalam memecahkan masalah dan mengambil keputusan jauh lebih berharga daripada kepandaian semata.

Pribadi pemimpin sukses

Sudah lama pemimpin bergaya “Hitler" tidak lagi ‘in’. Memberi perintah dan berada di ruang tertutup tanpa berkomunikasi dengan anak buah, yang dulu dikenal dengan konsep management by sitting down sudah lama disadari tidak lagi efektif untuk meningkatkan engagement anak buah. Kita perlu juga melihat bahwa respek kepada diri kita akan sangat menguntungkan dan banyak membantu pekerjaan. Ini lah sebabnya kita perlu memikirkan bagaimana respek ini ditabung dalam pribadi kita. Sebagai profesional, apalagi pemimpin, kita juga perlu memikirkan bagaimana cara agar anak buah selalu merasa bahwa kita mudah dijangkau, dicari, bila dibutuhkan. Bahkan, dari kitalah, orang di sekitar kita berharap akan mendapatkan inspirasi. Average leaders inspire people to punch a time clock. Great leaders inspire industry and passion, menurut Joseph B. Wirthlin seorang pebisnis dari Amerika. Hasil yang juga perlu kita strategikan dalam pengembangan pribadi adalah pengembangan loyalitas dan akuntabilitas kita, bukan sekedar ke atasan dan institusi, tetapi juga ke bawahan. Pemimpin yang kuat akan menginspirasi anak buahnya, sementara pemimpin yang lemah akan membuat anak buah pun kocar kacir mencari selamat. Ini nampak sederhana, namun membutuhkan latihan dan kekerasan hati. Jadi kita semua sadar bahwa pengembangan kematangan pribadi ini tidak bisa kita harapkan berjalan dengan sendirinya, tanpa kita sadari dan kelola secara serius. 

Menggarap “personality”

Ada banyak individu di muka bumi ini yang membiarkan pengembangan kepribadiannya berjalan dengan sendirinya, dan berasumsi bahwa faktor-faktor eksternallah yang membentuk dirinya. Ia bisa keluar masuk perusahaan dan mencari tempat yang ‘cocok’, atau berebut ‘kuasa’ di ajang politik dengan harapan akan mendapatkan pendukung. Yang ia lupakan adalah untuk justru membuat dirinya untuk menjadi pribadi yang lebih berkualitas. Bob Hogan, psikolog piawai, yang membuat Hogan Personality Assessment mengatakan: “If you are more  conscious, you ll be more connected. If you are connected you will be more functioning. “Orang yang ‘sadar diri’ bisa lebih kuat dalam berpendapat, menghadapi orang lain yang asing dan sulit, dan percaya diri dalam menghadapi krisis dan kesulitan. Untuk menjadi “a well-meaning personality”, kita perlu mengulik diri dan berlatih memperbaiki kebiasaan dan respons-respons kita. 

Dimuat dalam KOMPAS, 18 April 2015

 

 

For further information, please contact marketing@experd.com