Mark Zuckerberg, CEO Facebook, dengan tim yang terkenal kreatif mengatakan: “A great engineer is worth 100 average engineers.” Tampak betul ia ia lebih menghargai 1 individu yang hebat ketimbang tim yang terdiri dari individu berkinerja sedang. Ini tidak hanya menunjukkan pentingnya mencari dan merekrut individu yang bermutu, namun sekaligus juga menantang kita untuk memikirkan apakah individu dalam tim sudah diakomodir untuk tumbuh dan berkembang menjadi kontributor yang hebat dan tidak hanya menjadi penggembira yang memberatkan kelompoknya. Dalam sebuah seminar, yang bertujuan mendekatkan dan membuat para supervisor dan manajer buka mulut untuk menceriterakan kendala-kendala yang terjadi di antara mereka, pada saat merger, tidak ada seorang pun yang menyadari bahwa mereka pun perlu mempertimbangkan tantangan pada tingkat individu. Sebagai akibat, seminar itu hanyalah mencatat semua kendala, termasuk perbedaan budaya kerja, cara kerja, sentimen kelompok, dan tidak mempertanyakan hasrat, motivasi dan keyakinan individunya untuk menyatukan diri dalam kelompok.
Individu Cemerlang
Sejak dulu, kita sering mendengar kepiawaian tokoh-tokoh dalam sejarah, apakah dia negarawan, olahragawan ataupun ilmuwan dengan karya, prestasi dan keputusan-keputusan yang umumnya dihasilkan sendiri, tidak dalam kelompok. Hal ini juga menyadarkan kita bahwa dalam bisnis keputusan sering diambil oleh individu, dan kita tidak bisa melulu memandang negatif situasi “one-man show”. Di sisi lain, misalnya dalam pemerintahan, kita menyaksikan betapa pengambilan keputusan yang dilakukan secara bersama-sama, melalui sidang-sidang panjang, terkadang malah hasilnya sedemikian “poor”. Bisa kita lihat bahwa kontribusi yang cuma setengah-setengah akan menyebabkan seluruh tim tidak terorganisasi dan akhirnya terkadang mengalah dan menunggu keputusan atau pencerahan individu tertentu. Betapa menakjubkan perbandingan antara satu orang yang ditunggu-tunggu dibanding dengan kekuatan masing-masing anggota tim yang disinergikan.
Pekerjaan programmer, artis, chef, dan banyak pekerjaan lain merupakan pekerjaan mandiri, di mana karya yang dihasilkan betul-betul bergantung pada satu individu yang “bermutu”. Buku Wired of Thought menceritakan betapa besarnya kapasitas berpikir seseorang. Otak yang diasah dan berkembang, bila semua bagian digunakan dan dihubung-hubungkan akan meninggalkan memori-memori yang ujungnya berbentuk inteligensi. Inteligensi Kasparov, kabarnya sedemikian tinggi, sehingga ia tidak pernah membutuhkan partner, apalagi bila pendampingnya baru menggunakan sebagian saja dari otaknya. Kita lihat bahwa bila memang satu orang sudah bisa menyelesaikan tugas dan menyediakan solusi, sebetulnya kita tidak perlu membayar lebih mahal dan membuang waktu untuk menyediakan penggembira-penggembira di sampingnya.
Bahayanya Penyeragaman
Sering kita menyaksikan upaya kelompok untuk menyamakan derap langkah dengan cara penyeragaman, dari baju sampai model rambut, dan kalau bisa cara berpikir. Bisa saja kita tidak menyadari, namun ini adalah bentuk praktik-praktik membunuh kekuatan masing-masing individu, sehingga tidak ada kesempatan individu untuk berkontribuasi secara cemerlang melalui ide dan inovasi yang unik. Justru keberbedaannyalah yang dipangkas.
Dalam kelompok di mana peran, akuntabilitas dan tanggung jawab tidak ditegaskan betul, maka kelompok justru bisa menjadi ajang sembunyi orang-orang yang tidak memberi kontribusi. Ada individu dalam kelompok bahkan mengucapkan “tidak tahu” terhadap masalah yang sebenarnya teknis dan begitu jelas bisa dilakukan. Sekarang ini banyak orang juga mengeluhkan rapat-rapat yang terlalu panjang dan melelahkan dalam kelompok. Komunikasi dan diskusi dalam kelompok, bila tidak ada sasaran jelas akan membuat waktu habis termakan oleh tanya jawab, diskusi dan omong-omong lain sebelum implementasi. Too much talking, not enough doing. Bisa juga waktu bekerja akan termakan untuk mendamaikan anggota kelompok yang masih mempunyai keyakinan berbeda, padahal waktu untuk berkontribusi sudah didepan mata. Kita memang tidak bisa menghalangi orang untuk membentuk tim, karena memang fungsi tim juga penting. Namun, bila tidak kuat dalam menentukan peran dan sasaran, bisa-bisa kita tidak lagi bisa melihat yang mana harus dipuji dan yang mana perlu ditegur. Betapa ruginya bila kita baru menyadari setelah individu yang cemerlang kemudian hengkang.
(Dimuat di KOMPAS, 3 Desember 2011)