Bagaimana dengan keadaan politik, sosial dan ekonomi? Lalu lintas yang sudah hampir tidak pernah lancar di Jakarta, menyebabkan kita sulit membuat waktu pertemuan yang fix, kecuali datang jauh lebih awal. Situasi ini membuat kita butuh waktu lebih banyak untuk sebuah pertemuan saja. Pertengkaran dan saling tuduh yang kita saksikan di media antara satu kelompok dengan yang lain, meninggalkan tanda tanya yang semakin lama semakin menumpuk dibenak tiap individu. Ketidakjelasan yang kita telan setiap kali membaca berita kerap menimbulkan apatisme dan keengganan untuk ikut memikirkan dan meninjau kembali nilai–nilai dan idealisme kita. Dalam dunia bisnis, mau tidak mau kita pun harus selalu memikirkan, mempersiapkan diri dan berstrategi untuk masa depan karena kita dihadapkan pada banyak situasi ketidakjelasan. Apakah ada peraturan baru yang dikeluarkan pemerintah? Apakah nilai tukar rupiah turun? Apakah suku bunga meningkat? Apakah daya beli masyarakat meningkat? Kita bisa lihat bahwa kejelasan yang perfek memang tidak pernah akan ada. Kita tidak pernah bisa 100% mengkontrol situasi atau menunggu semua informasi lengkap. Ketidakjelasan memang harus kita hadapi dan tidak boleh menyetop kita untuk maju dan bertindak.
Tegaskan Siapa Kita dan Apa yang Kita Cari
Saat ini kita menghadapi lingkungan yang jauh lebih berat, berbeda dengan jaman orang tua kita dulu, di mana jalan raya lengang dan pegawai pulang kantor pukul dua siang hari. Kerumitan sekarang tidak terjadi di satu bagian persoalan, tetapi saling kait-mengait dan terhubung satu sama lain. Perbaikan servis untuk meningkatkan loyalitas pelanggan tidak hanya bisa dilakukan oleh frontliners saja, tapi juga produknya harus dipikirkan dan dievaluasi proses apa yang menjadi “bottle neck”. Pebisnis harus jeli membaca kebutuhan pelanggan dan memikirkan fitur-fitur seperti apa yang bisa menarik pelanggan. Ya produknya, prosesnya, organisasinya harus diperhatikan secara menyeluruh. Kita tahu bahwa kebijakan pemerintah sudah tidak mungkin di sentralisasi lagi. Kenyataan ini sudah pasti membuat organisasi pemerintahan menjadi semakin kompleks, walaupun kita juga mengerti bahwa pemerintah tidak mempunyai pilihan lain. Menghindari kerumitan sudah tidak mungkin. Kita menyaksikan atau mengalami sendiri keadaan di mana kita kemudian kalang kabut dan hanyut pada kompleksitas yang ada, tanpa kemampuan untuk menarik benang merah dari situasinya. Padahal orang yang bisa tetap melihat dengan jernih situasi yang dihadapi, berdiri di atas kompleksitas ini, barulah bisa melihat celah kesempatan, bahkan berinovasi.
Banyak orang mengatakan bahwa bila kita jelas terhadap nilai dan “purpose” yang kita sasar, kita akan tetap bisa menarik the best from the rest, meskipun dalam keadaan terburuk sekalipun. Dengan mengenal diri kita dengan baik, kita bisa menentukan posisi dan memantapkan pondasi untuk menghadapi kesulitan di saat sekarang, maupun hari-hari mendatang. Lingkungan di sekitar kita boleh saja tidak jelas, tapi bila prinsip yang kita pegang jelas, tahu apa yang kita inginkan, otomatis kita akan mampu berkomunikasi dengan lebih baik dan akan tetap dikelilingi dukungan dari orang lain yang akan senantiasa kita butuhkan dalam situasi tidak menentu.
Hindari Gosip dan Spekulasi
Gosip akan di re-organisasinya sebuah lembaga pemerintah menyebabkan para karyawannya resah, tidak menentu, selalu bertanya-tanya dan sangat sensitif terhadap kabar angin. Beberapa orang bahkan berspekulasi untuk mendekati tokoh yang kelihatan akan berpengaruh di masa depan. Andaikata saja kita bisa tetap fokus pada proses bisnis atau kegiatan rutin yang sedang kita jalani dan menjaga kegiatan yang menunjang profesionalisme, kita sebetulnya tanpa sadar mengangkat diri untuk kuat bertahan menghadapi ketidakpastian. Di satu sisi, informasi memang perlu kita kejar untuk memperkuat dasar kita bertindak, namun kita tidak boleh lepas dari fokus tanggung jawab dan kesadaran untuk selalu memoles profesionalisme diri.
Justeru pada saat-saat yang tidak jelas ini, sangat tepat waktu untuk melakukan fixs-ups dan clean-ups. Bila pekerjaan berkurang, tidak ada salahnya kita membenahi komputer dan file-file di dalamnya, sehingga kita lebih ‘siap tempur’ dengan komputer yang sudah lebih sehat. Daripada khawatir akan di PHK, kita justru bisa menjalani ‘checkup’ kesehatan dan kalau perlu mengikuti program peningkatan kebugaran. Dalam keadaan sepi order, seorang CEO justru bisa mengajak pada salesman untuk banyak melakukan pertemuan dengan pelanggan. Kegiatan yang tadinya ditujukan untuk sekedar menghidupkan tali silaturahmi, seringkali malah bisa memberi masukan untuk perbaikan, bahkan menghasilkan order yang memang diharap-harapkan.
(Dimuat di Kompas, 30 Juli 2011)