was successfully added to your cart.

Pelajaran 2010

Kita memang sudah “tutup buku” 2010 dan membuka lembaran baru 2011. Sebelum segala sesuatu yang berbau 2010 kita kubur dalam-dalam, di antara dokumen yang tidak terpakai,  maupun dalam ingatan kita, tentu sangat bijaksana untuk kita memperhatikan ‘lesson learnt’ yang bisa kita ambil, baik dalam prestasi yang membanggakan maupun kesedihan dan bencana untuk menjadikan kita lebih kuat dan lebih optimis menghadapi tahun mendatang dengan harapan yang lebih baik. “Pengalaman adalah guru terbaik.”, ini tentu ungkapan yang kita yakini bersama.

Di tahun 2010 lalu, kita banyak tertegun akan dunia yang seakan diputar balik. Bila tahun-tahun sebelumnya Eropa dan Amerika senantiasa mendominasi bisnis, tahun 2010 lalu mereka mengalami stagnansi alias tidak adanya ekspansi, terobosan ataupun pembaruan yang nyata. Eropa secara praktis mandek dengan krisis utang. Asia, khususnya Cina, sebaliknya mencatat pertumbuhan dan pembangunan besar-besaran, sehingga negara adidaya seperti Amerika tampak berusaha membendung ekspansi bisnis Cina. Kita tak pelak kaget saat beberapa korporasi raksasa kolaps, dunia perbankan sepi dan tak sedikit maskapai penerbangan besar mengalami krisis keuangan akibat debu vulkanik yang melanda Eropa. Dari turun naiknya bisnis yang dialami, misalnya saja Apple, Microsoft, IBM, Bank Century, kita diingatkan kembali bahwa dari kegagalan dan keterpurukan, terbuka luas pelajaran penting untuk kita menghadapi tahun-tahun berikutnya. Kemajuan tidak selalu berarti dalam bertambahnya modal dan fasilitas, tetapi juga spirit, moral, kebanggaan, inovasi, sportivitas, dan kematangan. Dalam ketidakpastian, bahkan keterbatasan, ternyata kita melihat senantiasa ada peluang yang bisa kita ambil untuk maju.

“Surprise”: Makanan Sehari-hari

Secermat-cermatnya perusahaan atau lembaga membuat rencana strategik, kita tahu bahwa realita di lapangan bisa sangat berbeda dari yang ada di atas kertas. Siapa yang pernah mengira bahwa abu vulkanik letusan gunung di Iceland sampai bisa melumpuhkan penerbangan hampir di seluruh negara eropa berhari-hari lamanya. Saat itu tak ada yang bisa mengantisipasi kapan berlalunya awan abu vulkanik tersebut. Seorang pejabat Inggris bahkan mengatakan bahwa awan tersebut bisa saja bercokol di tempatnya selama 20 tahun!

Kita memang memiliki keterbatasan dalam mengantisipasi. Betapa kita alami sendiri, bencana, seperti gempa dan gunung meletus, bisa datang bertubi-tubi tanpa bisa diprediksi. Namun demikian, kita selalu bisa belajar dan jadi lebih teruji untuk melalui situasi-situasi penuh “surprises” ini dengan daya tahan dan fleksibilitas yang lebih tinggi. Seorang pengusaha dadakan, seketika meraup untung besar dengan menginvestasikan uangnya untuk menyewakan truk pengangkut pasir muntahan gunung berapi. Candi Borobudur, setelah dengan sigap dibersihkan, malahan mampu mendatangkan pengunjung puluhan kali lipat. Kita tentu bangga karena banyak lembaga, petugas, dan pebisnis yang kini berusaha mengembangkan’action plan’ yang lebih cermat dalam suasana bencana. Kita lihat bahwa peluang selalu menghampiri orang-orang yang belajar dan siap menerima “surprises”. Tentu kita berharap, daya lenting dan kemampuan bangkit dari situasi sulit ini akan melekat dalam diri kita sebagai cara pikir bahkan ‘lifestyle’ baru yang menjadi sumber kekuatan kita di masa depan.

Terdepan dengan Inovasi

Wagyu beef yang saat sekarang dapat kita konsumsi di kebanyakan warung steak adalah salah satu contoh inovasi di dunia perternakan. Bayangkan, betapa ‘booming’-nya industri peternakan di Australia dan Selandia Baru akibat melonjaknya konsumsi “wagyu beef” beberapa tahun belakangan ini. Kita tahu, wagyu kualitas prima, harganya bisa jauh sekali dari wagyu yang kualitas rendah atau “KW 5”. Ini semua disebabkan karena kekuatan inovasi, komitmen untuk memberi nilai tambah dan dijaganya kualitas, sehingga konsumsinya pun bisa didistribusikan ke banyak lapisan, bukan oleh negara asalnya, tetapi justru industri di negara lain. Di sini kita belajar bahwa bila saja kita mempunyai kemauan kuat untuk berada di depan dalam inovasi, kita secara otomatis akan ada di posisi terdepan, ketimbang bila kita semata mengikuti arus saja.

Di tahun 2010 kita juga melihat, semakin banyak pihak berlomba-lomba untuk mengakselerasi penggunaan ‘social networking’ untuk kepentingan servis, komersial bahkan kampanye pribadi maupun golongan. Kita tentu masih ingat, betapa seorang pejabat yang salah bicara langsung diserang habis-habisan di media twitter. Perusahaan penerbangan pun menggunakan twitter dan facebook sebagai media komunikasi langsung dengan pelanggan sehingga pelayanan pelanggan dapat lebih terasa disamping perusahaan sendiri mendapatkan “crowdsource ideas´. Kita lagi-lagi diingatkan bahwa kemajuan teknologi adalah hal penting yang harus bisa kita manfaatkan untuk berinovasi. Teknologi begitu cepat usang dan digantikan dengan yang lebih canggih dan baru. Di tahun ini pula Apple mengeluarkan produk andalannya, Ipad, yang disambut gembira oleh konsumennya, sehingga mencapai 95% segmen dari pemakai komputer tablet. Tanpa kita sadari ‘public mind’ bahkan lifestyle juga terpengaruh. Tidak jarang kita menyaksikan para eksekutif bahkan pejabat yang tadinya bukan pemakai komputer langsung sekarang menggeser geserkan jarinya untuk membaca, browsing, bahkan menggantikannya dengan majalah, koran atau buku. Lambat belajar dan tidak bersahabat dengan teknologi otomatis membuat kita sulit menonjol. Sementara kita perlu membiasakan diri dengan ‘uncertainty’, kita pun bisa menikmati kemajuan teknologi yang di prakarsai oleh pemimpin–pemimpin yang inovatif dan berusaha keluar dari depresi ekonomi ini.

Lupakan privasi, biasakan transparansi

Pembocoran dokumen rahasia negara oleh Julian Assange memang  menimbulkan kontrovesi. Disatu pihak ia mendapat  penghargaan sebagai "situs yang benar-benar bisa mengubah berita” oleh New York Daily News, di sisi lain ia dicerca dan diburu oleh beberapa negara sekaligus. Kita belajar bahwa keterbukaan dan transparansi perlu menjadi pembiasaan di tempat kita bekerja, bahkan di negara kita. Tidak ada berita, keputusan yang masih bisa ditutup-tutupi dan tidak dipertanggungjawabkan. Narapidana yang “liburan” keluar penjara, sekejap saja dibuka kedoknya. Tidak ada lagi tempat “aman” untuk melakukan kecurangan proses, produk dan koruplsi. Pelanggan, wartawan bahkan rakyat sudah menjadi pandai dan tidak akan kembali dungu dan bisa dipecundangi.

Seorang futuris mengungkapkan: “Forget privacy, especially if you are a leader” Ia menambahkan lagi:“Leaders are always on. Microphones and video cameras are always on, too”, sambungnya.. Tahun 2010 telah menjadi sejarah, tetapi banyak sekali pelajaran yang akan tetap bisa diingat. Sudah pasti tahun 2011 ini tetap akan mendatangkan ‘surprises’ baru dan tetap menuntut kita untuk kreatif berinovasi dan mengembangkan kepemimpinan yang terbuka.

(Dimuat di Kompas, 8 Januari 2011

For further information, please contact marketing@experd.com