was successfully added to your cart.

Seorang peserta training dengan terbuka mengatakan bahwa hal yang dicarinya dalam pekerjaan adalah semata uang. Gaji, komisi dan bonus-lah yang menjadi alasan utama mengapa ia tetap bekerja di perusahaan. Atasannya mengakui anak buahnya ini berkinerja bagus. Namun, sangat sulit bagi anggota tim lainnya untuk mengajaknya berpartisipasi dalam ‘brainstorming’ ataupun memikirkan perubahan-perubahan yang terjadi diperusahaan. Banyak yang mengatakan ia bukan pemain tim. Bila kasusnya seperti ini, bisakah kita memperhitungkan individu untuk menjadi bagian penting dari perusahaan?

Kabar burung tentang karyawan potensial yang dibajak oleh kompetitor, dengan gaji dilipatgandakan dan paket tunjangan yang menggiurkan, tak pelak membuat kita kecut. Siapa pun sadar bahwa salah satu alasan utama kita bekerja adalah mencari uang. Namun, bagi perusahaan, “mengikat” seorang karyawan semata karena uang tentu hal yang juga berbahaya. “If you build your entire relationship with employees on money, and then the economy sours or you have a bad year and you can’t give raises or bonuses, then the basis of the relationship is gone.” demikian ungkap McElroy, seorang CEO perusahaan yang mengalami turnover besar. Di sini kita kembali diingatkan pentingnya pimpinan dan perusahaan membangun “ikatan” dan “komitmen” karyawan, serta relationship yang lebih dalam dan bermakna daripada sekedar uang dan keuntungan materi semata.

Kedekatan dan kejelasan

Seorang teman mengeluh betapa beban kerjanya banyak dan seakan tidak ada habisnya. Ia merasa perusahaan memeras habis tenanganya. Namun demikian, ia merasa berat untuk meninggalkan perusahaan tempatnya bekerja. Walau gaji sedang-sedang saja dan pekerjaan banyak, namun teman kerja sangat suportif, “bahkan lebih dari saudara sendiri”, demikian ungkapnya. Ini membuktikan bahwa sebetulnya tidak selalu UUD (ujung-ujungnya duit). Kita lihat kekompakan tidak saja berdampak pada kinerja, tetapi juga employability perusahaan dan juga ‘happiness’ karyawan.

Bila kita sedikit lebih cermat, kita bisa langsung melihat bahwa dalam perusahaan dengan semangat kerja tinggi setiap individu merasa diri berharga dan ‘melakukan sesuatu’. Ini tentunya tidak terjadi begitu saja. Kejelasan mengenai kondisi perusahaan, sasaran, dan kemajuan baik perusahaan secara keseluruhan, divisi maupun dirinya sendiri membuat orang merasa dirinya berbobot dan melakukan pekerjaan yang bermakna. Kuncinya adalah menerangkan apa yang diharapkan dari karyawan dan berikan modal untuk berprestasi. Perasaan “doing a good job” menyebabkan karyawan berfokus pada kinerja. Dengan cara ini, sense of pride akan bekerja di dalam diri individu dan ia pun tak segan untuk menggerakkan pikiran, perasaan dan tangannya untuk men’deliver’ hasil yang baik.

Di sebuah perusahaan yang menetapkan ‘money back guarantee’ bila servis tidak memuaskan, semua karyawan berusaha memuaskan pelanggan agar tidak ada komplen. Ini terjadi karena policy dan aturan main diumumkan dengan jelas pada semua karyawan di semua jajajran yang menyadari visi perusahaannya untuk menjadi pen-servis nomor satu. Kita melihat bahwa dalam keadaan akrab karyawan bahkan bisa ikut menanggung resiko perusahaan tanpa takut-takut. Perasaan-perasaan ini selain lebih “kuat”, juga seringkali lebih‘longlasting’ daripada bonus besar di akhir tahun. Bonus memang menyenangkan, tetapi terbukti tidak bisa menciptakan perasaan berharga untuk jangka waktu yang lama.

Progress

Banyak orang bertanya-tanya mengapa di perusahaan yang berkembang pesat, karyawan tampak lebih bersemangat. Padahal upah yang diterima jauh lebih kecil dibanding perusahaan yang  sudah mapan, di mana karyawannya bergaji tinggi, tetapi pergerakan bisnisnya tidak pesat lagi. “Gerak’ membuat orang merasa nyaman. Perusahaan yang maju, membuka cabang-cabang baru, mencatat pertumbuhan penjualan tajam, membuat perasaan cerah pada karyawan yang bekerja. Fenomena ini tanpa disadari sudah bagaikan lingkaran malaikat, di mana perusahaan maju, karyawan merasakan ‘progress’, karyawan bersemangat untuk berkinerja lebik baik dan perusahaan pun akan jadi tambah maju lagi.

Bagaimana dengan perusahaan yang sudah melewati fase pengembangan yang ekstrim? Bisakah menimbulka perasaan ‘maju’ ini pada karyawannya? Kita sebenarnya bisa menyikapinya dengan menciptakan sasaran-sasaran kecil di dalam sasaran besar secara keseluruhan, sehingga dalam setiap pencapaian individu pun akan merasakan kemajuan. Perusahaan yang cerdik juga bisa menciptakan ‘sense of development” karyawannya. Misalnya, dengan mengadakan ‘cross training’ di mana setiap orang diberi kesempatan untuk mempelajari dan mengerjakan  tugas orang lain. Mungkin saja hasilnya tidak sempurna, tetapi manfaat lain yang didapat adalah perasaan berkembang individunya.

Fokus Personal

Banyak orang mengira bahwa pendekatan personal pada anak buah yang sekarang disebut-sebut dengan slogan “know your employee” berkaitan dengan pengenalan kebutuhan pribadinya. Di samping hal itu, kita pun perlu dengan cermat menangkap bawahan ketika individu melakukan sesuatu yang ‘betul’, bukan yang ‘salah’. Pengakuan ini menyehatkan jiwa dan merangsang karyawan untuk mendukung perusahaan lebih jauh, sehingga spirit  “Motivate, Drive and Deliver” akan menggulirkan aura positif di lingkungan kerja. Selain itu, di perusahaan dengan engagement tinggi atasan akan mampu melihat apakah seorang karyawan sudah terbebani tugas yang terlalu banyak, atau sebaliknya masih ingin diberi tugas yang lebih menantang. Kita tahu, bahwa kapasitas orang selalu berbeda beda. Inilah pendekatan personal yang bisa mengoptimalisasi bukan saja kinerja tetapi juga ‘heart, head dan hand karyawan.

(Dimuat di KOMPAS, 18 Desember 2010)

For further information, please contact marketing@experd.com