Bulan puasa membawa perubahan? Pasti. Setidaknya kita sering merasa kegiatan kerja mengendur. Pola kemacetan jalan berubah, semakin menjadi pada saat-saat menjelang buka dan tarawih. Beberapa kegiatan perkantoran diwarnai kegiatan rohani, seperti tadarus, tarawih, dan kajian agama lainnya. Meneropong diri kita sebagai individu, sejauh apakah kita ikut berubah? Menjadi kendurkah atau malah menguatkah?
Kita sama-sama sadar bahwa kemampuan menahan lapar haus dan emosi ketika memasuki hari-hari ke-20 puasa akan menjadi kekuatan tersendiri. Kita mulai merasakan bahwa rasa kantuk dan lapar yang terasa pada minggu pertama, lama-kelamaan tergantikan dengan rasa sehat, bahkan semakin bertenaga.
Teman saya, Tjiptono Darmadji, sangat yakin bahwa puasa bermanfaat bagi pengembangan pribadi, sehingga aktivitas ini merupakan kegiatan rutin tahunan beliau yang nasrani. Teman saya yang lain, mengatakan bahwa dengan rajinnya berpuasa senin-kamis, ia menjadi bertambah “peka”, bahkan “bisa melihat mahluk halus”. Terus terang bagi saya, puasa belum pernah memberikan “output” seperti itu, namun rasanya kita benar-benar bisa menyetujui banyaknya berkah dan manfaat puasa. Rasanya kurang afdol bila individu yang setiap tahun menjalani puasa tidak mengoptimalkan manfaat puasa untuk pengembangan pribadinya.
Kontrol Diri sebagai Tambahan POWER
Kita sadar betul, salah satu esensi puasa adalah kontrol diri. Bila kita sedikit lagi meningkatkan kesadaran kita mengenai kontrol diri, maka dengan mudah kita bisa merasakan bahwa kontrol diri ekstra ini ternyata menimbulkan “enerji lebih”. Bila kita ingin menggunakan ‘kontrol’ ini sebagai ‘power’ secara eksternal, maka kita bisa berlatih untuk lebih fokus, lebih tajam dan lebih halus dalam ekspresi emosi. Bila kita terapkan pendekatan penuh kontrol ini pada kontak sehari hari dengan orang lain kita bisa merasakan bahwa hubungan jadi lebih mengena di hati .
Fokus dan ketajaman persepsi bisa kita manfaatkan juga untuk memandang masa depan karena bisa menghasilkan horison yang lebih jauh . Dengan kontrol diri yang kuat kitapun bisa menemukan jalan untuk menjembatani antara realita sekarang dengan masa depan. Tanpa kita sadari akan muncul dalam benak kita kesempatan dan ide-ide baru bagaikan “wangsit” yang datang tanpa diundang.
Kita juga bisa memanfaatkan kekuatan kontrol diri ini untuk memberi ruang dan arena perbedaan yang lebih luas, dan melakukan pengolahan perbedaan nilai, pandangan dan pendapat melalui fasilitasi secara lebih dewasa. Dengan demikian akan terasa bahwa kontrol kuat justeru membawa aura positif , optimisme dan kemampuan mendengarkan lebih banyak aspirasi orang lain.
Peka Diri, Potret Diri
Kita sama-sama merasakan sulitnya untuk mengenal diri kita. Betapa sering kita bertanya, mengapa kita berada dalam situasi sekarang, dan apa yang sesungguhnya sasaran kita. Sudah tepatkah langkah yang kita ambil, output apa yang sudah kita hasilkan, peluang apa yang kita miliki untuk dikembangkan? Puasa adalah kesempatan yang baik untuk berlatih mengembangkan teknik-teknik meningkatkan kesadaran itu. Selain refleksi diri ke dalam, kita bisa lebih banyak meminta umpan balik dan masukan dari teman. Manfaatkan “mood” positif puasa, dengan saling memberi “feedback” sesama teman.
Kepekaan Ekstra pada Lingkungan
Sambil mengingatkan diri sendiri bahwa lingkungan sekitar kita baik fisik maupun sosial adalah tanggung jawab pribadi kita, kepekaan ekstra semasa puasa juga dapat kita manfaatkan untuk mempelajari organisasi dan lingkungan sekitar dengan lebih dalam. Hal-hal yang biasanya tidak kita pertanyakan dapat kita olah. Puasa adalah waktu yang paling tepat untuk mengasah pemahaman kita tentang peta sosial di lingkungan dan kelompok, bahkan peta politiknya juga, dan bagaimana kita sebagai bagian dari lingkungan dapat memberikan kontribusi optimal, sesuai dengan kualitas dan kompetensi yang kita miliki.
Lebih Pede dan Lincah Bertindak
Bayangkan bila kontrol diri, peka diri dan kepekaan lingkungan sudah kita kembangkan selama sebulan penuh. Walaupun tidak setara dengan kepekaan teman saya melihat mahluk halus, paling tidak kita sudah mengembangkan kemampuan untuk menjalin kontak dengan orang sekitar secara lebih peka dan dalam. Pada tingkat inilah kita bisa mengasah kompetensi sosial seperti kemampuan berempati, berorganisasi, berkomunikasi bahkan mengembangkan intuisi.
Kompeten secara sosial adalah sumber untuk menghilangkan keraguan dan ketidak-pede-an. Kompetensi sosial menjadikan individu lebih lincah bertindak dan tidak hanya memendam aspirasi di benak saja. Kita akan merasa lebih nyaman berada di dalam “diri” kita sendiri, mengenal motivasi diri kita yang paling dalam, serta bisa mempengaruhi etos kerja organisasi secara lebih transparan dan optimis. Dengan kompetensi sosial sekaliber ini, anda pasti mampu mengembangkan daya persuasi dan kepemimpinan secara total.
Selamat menuntaskan puasa!
(Ditayangkan di Kompas, 14 Oktober 2006)