Berdasarkan tulisan dan pendapat yang banyak beredar, seharusnya cuti itu akan menyembuhkan atau menghindarkan seseorang dari serangan stress akibat dari pekerjaannya. Karena cuti bisa dianggap sebagai recharging dari batere yang sudah mulai kosong untuk mendapatkan energi baru. Tetapi, kenapa untuk sebagian orang justru cuti dapat memicu timbulnya stress ? Kelompok orang ini justru merasa sebaiknya tidak perlu mengambil cuti dari pada mereka akan menghadapi stres pada hari2 menjelang cuti dan hari2 setelah cuti. Cuti yang terencana dan rutin justru akan membuat diri kita terbiasa dan menghindari stress menjelang cuti.
Sebaiknya walaupun itu namanya cuti, tetap harus dikelola dengan baik, sama baiknya dengan pengelolaan hari2 produktif. Dengan mencoba mengelola jatah cuti yang akan diterima, dapat dipastikan manfaat cuti akan berlipat ganda. Tidak akan menambah beban stres pada saat akan mengambil cuti ataupun ketika masuk kerja kembali.
Dibawah ini ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan pada saat akan mengambil cuti.
- Penggunaan cuti:
Hitung hari2 yang akan membutuhkan cuti dalam setahun ini. Contoh, untuk menghadiri perkawinan sahabat yang akan diadakan diluar
- Atur beban pekerjaan :
Setelah penjadwalan hari2 cuti, mulailah mengatur beban pekerjaan menjelang hari2 cuti. Pada saat cuti, tentunya aktivitas kantor harus tetap berjalan. Buatlah perencanaan selama cuti agar tidak ada orang yang kebingungan karena ketidak hadiran yang bersangkutan dikantor. Bila ini terjadi kemungkinan besar yang bersangkutan akan dihubungi saat cuti (huh sebel deh lagi enak2 nyantai, ditanyain jadwal kirim barang!). Jangan membiasakan mengatur beban kerja ini di hari mendekati cuti. Tentunya tetap butuh waktu untuk menyiapkannya, kadang2 terpaksa lembur hingga malam untuk persiapan ini. Kemungkinan besar hal ini lah yang menjadi penyebab stres menjelang cuti. Tugas2 mulai didelegasikan kepada bawahan, sejak beberapa hari sebelumnya (misal 3 hari menjelang cuti). Sehingga merekapun mulai terbiasa dan apabila masih ada yang belum dipahami mereka dapat bertanya. Sementara yang akan mengambil cuti sudah dapat berkonsentrasi menyiapkan tugas2 yang sekiranya dibutuhkan bagian/orang yang terkait dengan pekerjaan tersebut pada saat cuti. Rapihkan file2 untuk tugas2 yang sedang berjalan di satu tempat khusus sehingga setiap orang dapat dengan mudah mencari berkas2 yang diperlukan. Buat reminder ke bagian/orang2 terkait bahwa pada tgl sekian anda akan cuti. Mohon mereka untuk memasukan berkas yang harus dikerjakan maksimum 2 hari sebelum cuti. Rapihkan meja kerja sehingga tidak akan ada kertas yang tercecer bila ada orang yang mengunakan meja selama cuti.
- Masuk lebih awal:
Tambahkan satu hari cuti dalam jadwal untuk start kerja lebih awal setelah cuti. Misalnya akan masuk kembali pada tgl. 9. Pada tanggal 8 sudah dapat mulai masuk kekantor. Temen-teman dapat diminta untuk tidak mengganggu karena pada hari tersebut masih dalam jadwal cuti dan waktu tersebut dapat digunakan untuk menyesuaikan dengan tugas-tugas yang telah ditinggalkan selama cuti. Tugas yang paling banyak menghabiskan waktu pada hari pertama mulai bekerja tentunya membaca email yang masuk. Prioritaskan pengelolaan email, dari membaca email ini pun gambaran perkembangan kantor selama cuti akan dapat diketahui sehingga penyesuaian diri dapat cepat terjadi. Mulailah dengan menghapus junkmail, kelompokan email2 yang hanya bersifat informasi (dapat segera dihapus), perlu ditindak lanjuti segera, dan yang dapat didelegasikan. Demikian juga dengan berkas2 yang masuk dimeja. Tambahan waktu ini selain untuk menyesuaikan diri juga diperlukan untuk waktu beristirahat setelah cuti, kadang2 pada saat cuti terlalu banyak beraktifitas dan lupa untuk menyisihkan waktu untuk beristirahat. Gak mungkin khan kita mulai kerja tanpa ada jeda.