was successfully added to your cart.

OUT-OF-THE-BOX THINKING: CARANYA?

OUT-OF-THE-BOX THINKING: CARANYA?

Suatu penelitian di Makassar pernah dilakukan oleh Pemdanya dengan bantuan salah satu lembaga PBB, UNDP. Data menunjukkan bahwa 70 persen dari jumlah kecelakaan lalu lintas adalah kecelakaan sepeda motor. Jalan yang dirasa paling efektif untuk menurunkan angka kecelakaan ini adalah dengan mengurangi penggunaan sepeda motor dan meningkatkan penggunaan transportasi publik.

Masalah lain adalah kemacetan lalu lintas. Setelah diadakan lokakarya dengan mendengarkan pendapat pengguna kendaraan umum, ditemukan fakta bahwa minivan yang biasa disebut penduduk Makassar sebagai ‘pete-pete’ tidak sepenuhnya memenuhi kebutuhan masyarakat.

Sebagai hasil dari studi ini, beberapa perubahan dilakukan. Fungsi pete-pete dioptimalkan terutama untuk kepentingan transportasi pelajar. Rute trayek juga diubah. Dari segi interior pun pete-pete dibenahi. Smart Pete-pete–demikian disebut–kini dilengkapi fasilitas AC, Wi-Fi dan sensor GPS.

Sistem smart pete-pete diharapkan dapat meningkatkan pendapatan para pengemudi karena yang dihitung adalah jarak tempuh per kilometer. Dengan ini, pengemudi pete-pete tidak perlu menunggu mobilnya penuh

Penduduk dan pengamat Makassar menyaksikan perubahan itu. Inilah yang dinamakan thinking out of the box. Sulitkah untuk dapat berpikir out of the box?

Kuncinya terletak di pendekatan pencarian solusinya. Kita mempunyai kecenderungan untuk berpikir secara konvensional. Belajar dari pengalaman dan pengamatan.

Optimalkan empati

Pada tahun 1990, salah satu produk perusahaan FMCG besar –Procter & Gamble– “Oil of Olay” mengalami kemerosotan penjualan. Perusahaan menyadari bahwa mereka harus cepat mengambil jalan keluar. Ada 3 pilihan yang bisa diambil. Pertama, membuat brand baru, membeli brand yang sedang laku, atau melakukan rebranding.

P&G lantas melakukan riset. Ternyata diketahui bahwa pemakai produk ini adalah wanita berusia 50 tahun ke atas. Konsumen dengan rentang usia 30-40 tahun, belum terlalu khawatir akan keriput di wajahnya sehingga tidak membeli. P&G pun mengubah strateginya dan melakukan sosialisasi kepada konsumen dengan rentang usia 30-40. Akhirnya pada tahun 1999, Olay melakukan relaunch secara besar-besaran dan sukses hingga kini.

Produk menjadi tidak laku menunjukkan minat pelanggan yang menurun. Artinya, produknya tidak dibeli karena tidak memenuhi kebutuhan pelanggannya. Herannya, masih banyak produsen yang lantas hanya memodifikasi produknya atau layanannya, tanpa mempelajari kebutuhan pelanggannya.

Tim Brown –CEO dan presiden IDEO–  mengatakan bahwa agar suatu bisnis dapat mencapai kesuksesan, maka fokus pemikiran kita perlu digeser ke arah kebutuhan konsumen, penggunaan teknologi dan persyaratan yang diperlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Selanjutnya, kita perlu membiasakan diri untuk selalu mempertanyakan ‘why’ pada setiap tingkat pengembangan produk, melalui wawancara dan brainstorming. Ini adalah kegiatan dan kekuatan manusia yang tidak mungkin dilakukan komputer ataupun artificial intelligence. “What, How and Why” selalu bersifat dinamis dan berubah seiring perkembangan zaman.

Kita juga memerlukan kekuatan dan keberanian untuk meneruskan buah pikiran baru kita, yang mungkin mengejutkan. Kita perlu mengembangkan integrative thinking. Kita perlu optimis untuk dapat melampaui kebingungan ini. Mindset kita perlu dibentuk untuk menjadi seseorang yang tidak pernah berhenti bereksperimen. Dan jangan lupa, kita tidak bisa lagi hanya berpikir mandiri dan internal. Kita harus berkolaborasi dengan kelompok kelompok lain, baik yang memiliki kesamaan profesi maupun yang tidak.

“Fail to Nail”

Terakhir, untuk bisa menjadi orang yang terbiasa berpikir out of the box, kita perlu siap gagal. Dari kegagalan itulah kita kemudian bisa melakukan improvisasi, perbaikan, hingga akhirnya mencapai keberhasilan. Kita pun tidak bisa hanya sekedar berpikir saja. Semua pemikiran ini harus dituangkan ke dalam bentuk nyata. Head to hands. Tidak ada gunanya ide-ide brilian jika hanya macet di pikiran kita. Put your ideas into action as soon as they arise, either through sketching, discussing or prototyping. Launch it. Give your idea a birth. Lantas biarkan nasib menentukan, apakah ide anda berhasil, atau tidak. Jika gagal, yakinlah Anda sudah selangkah lebih dekat pada keberhasilan. Jangan takut atau bahkan berhenti melahirkan ide-ide out of the box lainnya. Berani?

Diterbitkan di harian Kompas karier 1 Februari 2020

#experd #expert #experdconsultant #outofthebox #thinking #think #box

For further information, please contact marketing@experd.com