was successfully added to your cart.

7 KUNCI SUKSES DI MASA DEPAN: #3 EXPLORE SOLUTIONS

7 KUNCI SUKSES DI MASA DEPAN: #3 EXPLORE SOLUTIONS

SEORANG teman tidak pernah “ada matinya” dalam mengeluarkan ide. Kolega lain sering merasa terdesak bila ingin berdiskusi dengannya karena biasanya ia akan mempertanyakan ide-ide standar yang diajukan untuk kemudian menemukan alternatif lain jawaban sebuah masalah.

Hal ini pun terlihat dalam kebiasaannya ketika bepergian. Ia lebih tertarik untuk menemukan tempat-tempat menarik dan tidak lazim, ketimbang area turis biasa. Tidak jarang ia mengambil jalan berbeda dari rute perjalanannya sehari-hari sehingga jalur alternatifnya terus bertambah banyak. Ia kuat melakukan browsing di internet, tidak hanya untuk menemukan ide baru atas isu yang sedang digelutinya, namun juga untuk sekedar memuaskan rasa ingin tahunya. Kekuatannya dalam mencari, mengobservasi, mengamati hal-hal di sekitar maupun yang ada di internet, menyebabkan ia seolah selalu menemukan hal baru.

Sementara, kita banyak mengenal orang-orang yang cerdas, berprestasi akademis yang tinggi, tetapi justru tidak pernah menemukan hal-hal di luar apa yang pernah ia pelajari di sekolah, ataupun di luar pengalaman kerjanya. Pada saat rapat di perusahaan, orang seperti ini lebih banyak mencari jawaban masalah yang standar dan berusaha menerapkannya pada masalah yang sedang dihadapi saat ini. Bila ada pendapat lain yang sepertinya out of the box, si cerdas ini cenderung mengernyitkan keningnya dan mempertanyakan kemungkinan keberhasilan ide tersebut semata-mata karena belum pernah terbukti sukses di masa lalu.

Dua jenis pribadi ini bisa saja memiliki tingkat inteligensi yang sama. Namun, sikap mentalnya jelas-jelas menunjukkan perbedaan. Yang pertama seolah tidak pernah berhenti mencoba dan mencari tahu terus, sementara yang lain mantap, jelas mengikuti jalur berfikir seperti yang pernah ia pelajari. Padahal, kita tahu, dalam era VUCA seperti ini hal-hal yang disruptif sering merupakan jawaban dari masalah yang sedang dihadapi.

Sebenarnya, semangat mencari adalah semangat naluriah manusia. Di jaman primitive pun, nenek moyang kita tak berhenti mengeksplorasi lingkungan untuk menemukan apa yang bisa dimakan, mencari cara untuk menghindari musuh yang lebih kuat maupun obat-obatan baru yang disediakan oleh alam sekitar. Di masa sekarang, anak yang dibebaskan untuk memenuhi rasa ingin tahunya, akan menjadi manusia yang lebih terbuka dan berani menerima ketidakpastian.

Orang yang eksploratif biasanya ingin tahu tentang sesuatu yang saat sekarang atau sebelumnya sama sekali belum diketahui. They want to know things that they do not.  Mereka selalu berusaha menemukan hal baru yang memberikan perasaan eureka, avonturir, dan mengandung tantangan. Mereka tidak pernah berhenti mencari tahu tentang apa yang dilakukan oleh orang lain, mengapa mereka melakukannya, dan belajar dari orang lain.

Banyak pertanyaan muncul di benak pribadi yang eksploratif, sebagai hasil dari pengalaman-pengalaman baru. Pengalaman baru, orang baru, benda baru yang ditemui, menghasilkan semacam disonansi kognitif, yang akan menimbulkan rasa penasaran individu, yang kemudian ia kembangkan dalam kebiasaan untuk terus bertanya, ingin tahu dan mencari tahu.

Cikal bakal “openmindedness’’

Seseorang yang knows it all tidak biasa mencari jalan keluar, informasi dan pengalaman baru. Orang seperti ini seolah merasa selalu harus memproteksi integritas intelektualnya, yang juga merupakan homeostatisnya. Ia enggan terlihat bodoh atau tidak tahu, sehingga bisa menjadi defensif.  Ia dengan kuat mempertahankan dogma-dogma pengetahuan lamanya, yang tanpa sadar sudah mulai usang untuk kondisi sekarang. Bila begini, mana mungkin ia menjadi orang yang berpikiran terbuka? Scott Peck mengatakan “Science is the religion of skepticism

Jadi, seperti istilah yang dipopulerkan Steve Jobs,  sikap eksploratif adalah sikap connecting the dots, bisa menghubungkan antara titik yang sudah ada untuk mencari pola baru yang menarik dan unik, atau menghubungkan satu titik yang sudah kita ketahui, dengan titik lain yang masih dicari. Orang yang eksploratif membuat koneksi antara berbagai sumber data. Dari hubungan ini ditemukanlah pertanyaan-pertanyaan baru, yang kemudian dicarikan jawabannya dari berbagai sumber lagi. Siklus ini akan berkelanjutan di benak individu dan membentuk kepribadian yang tidak pernah puas untuk selalu bertanya dan mencari. Sikap open minded memang dibutuhkan karena ia memang mencari banyak masukan.

Mindfullness

Hasil riset para ahli mengatakan bahwa walaupun kapasitas observasi individu yang ekploratif itu kuat, dan tidak membuat penilaian cepat-cepat, mentalitas mereka biasanya sangat utuh. Baik dalam kegiatan sehari-hari maupun kepribadiannya, ia didominasi oleh hasrat membuka pikiran, fokus pada apa yang belum ia ketahui, sehingga ia sering terlihat sebagai orang yang kreatif. Cara berfikir yang utuh ini meningkatkan daya empati, konsentrasi, introspeksi dan fleksibilitas.

Bagaimana cara meningkatkan kapasitas eksplorasi ini?

Belajarlah dari anak kecil yang sering bermain dengan imajinasi mereka. Sebagai orang dewasa kita perlu berimajinasi tentang hal-hal yang saat ini sepertinya hampir mustahil terjadi. Perpindahan antara mental bekerja dan bermain bisa membuat pikiran rileks dan terbuka terhadap kemungkinan yang tidak pernah terfikirkan. Anak kecil dengan pengalamannya yang masih minim senantiasa takjub untuk menyerap hal-hal baru yang ia temui, menguliknya tanpa lelah, meskipun kadang kala orang tua harus mengorbankan barang-barang yang baru dibelinya menjadi rusak akibat rasa ingin tahu anaknya.

Kita juga perlu memiliki semangat bertanya, “Apakah ada cara/jalan lain menuju ke sana? Adakah kemungkinan yang belum terpikirkan oleh kita selama ini? Bisakah kita sedikit berputar? Eksplorasi tidak selamanya membawa pada kesuksesan. Tidak jarang jalan baru yang ditempuh ternyata adalah jalan buntu yang mengharuskan ia berputar balik. Namun, hal ini adalah biasa dalam proses penemuan, seperti kata Edison, “I have not failed. I've just found 10,000 ways that won't work.”

Dimuat dalam Kompas, 18 November 2017.

For further information, please contact marketing@experd.com