Mengikuti jam dan kebiasaan makan tradisional tidak lagi menjadi norma bagi masyarakat pada umumnya. Terjadinya kegiatan makan sembari berjalan, baik dalam bentuk kudapan ataupun makanan besar, semakin meningkat nilai maupun jumlahnya. Pepatah makan tiga kali sehari tidak berlaku lagi karena semakin banyak konsumen yang makan di luar rumah dan juga menyesuaikan dengan gaya hidup mereka. Sarapan khususnya, sekarang semakin lazim dilewatkan dan orang-orang yang tetap sarapan menghabiskan waktu yang lebih sedikit untuk menyiapkannya. Konsumen mengembangkan pola makan yang semakin kompleks dan paradoks serta menuntut produk yang lebih praktis dan sehat, seperti produk-produk yang memuaskan keinginan mereka tanpa merasa bersalah.

"Untuk menjadi pemimpin yang baik Anda harus memiliki visi mengenai kemana arah tujuan Anda dan memahami bagaimana menyatukan orang-orang di sekitar Anda dalam melihat visi tersebut. Menurut saya, karisma merupakan bagian kepemimpinan yang sangat penting. Saya belum pernah melihat pemimpin yang sangat hebat yang tidak berkarisma. Pemimpin yang hebat tahu bagaimana caranya mengambil risiko dan nyaman dalam mengambil risiko. Pemimpin yang baik tahu kapan harus menerima kesalahan mereka. Pemimpin yang baik mengalihkan kejayaan pada bawahan mereka agar timnya dapat merasakan senangnya kemenangan, dan saat terjadi kesalahan mereka akan bertanggung jawab atas kesalahan tersebut. Pemimpin yang sangat hebat mau memberikan wewenang kepada orang lain agar pekerjaan selesai. Mereka tidak menimbun kekuasaan untuk diri mereka sendiri."

Orang-orang yang memegang otoritas seringkali kurang menghargai sifat dasar dari kepemimpinan. Mereka cenderung terkungkung dalam konsep yang memisahkan orang-orang daripada konsep yang merefleksikan persamaan dan keterhubungan antara satu orang dengan orang lain. Mereka lupa tujuan dan nilai yang menjelaskan mengapa dan untuk apa. Mereka tidak peka terhadap konteks di kantor atau lingkungan eksternal mereka yang merumuskan tanggung jawab mereka.