was successfully added to your cart.

7 KUNCI SUKSES DI MASA DEPAN : # 7 BE A LIFELONG LEARNER

Oleh 20 Desember 2017 Articles
7 KUNCI SUKSES DI MASA DEPAN :  # 7 BE A LIFELONG LEARNER

Tahun 2015 Doreetha Daniels dinyatakan lulus D3 ilmu sosial di College of the Canyons, Santa Clarita, California. Daniels bukan mahasiswa biasa. Usianya 99 tahun ketika ia berjalan di podium pada hari wisudanya. Dalam wawancaranya, beliau mengatakan bahwa tujuannya mendapatkan gelar pada usianya ini semata-mata untuk menjadikan dirinya lebih baik. Ia selalu ingin lebih baik.

Kimiko Nishimoto belajar menggunakan kamera pertama kali ketika berusia 71 tahun dan kemudian melanjutkan ketrampilannya dalam melakukan digital editing, mengolah bahkan memanipulasi image sampai ia menjadi jago photoshop dan akhirnya dijadikan Art Director dari program pembuatan kartu secara mandiri oleh Adobe Creative Cloud.

Tak peduli berapa usia kita, menyesuaikan irama hidup pada masa di mana teknologi secara konstan berevolusi dan berubah ini sangatlah penting. Perkembangan teknologi telah memudahkan perkembangan pengetahuan dan kemampuan kita. Begitu banyak perangkat lunak tersedia, namun tentunya dibutuhkan juga upaya belajar yang intensif dari kita, terutama bila kita ingin sampai pada taraf profesional. Tetapi, usia sungguh bukan halangan lagi. Beberapa penelitian bahkan membuktikan bahwa kegiatan belajar dapat membuat proses menuju gejala Alzheimer menjadi terhambat.

Kegiatan belajar sering dikaitkan dengan kegiatan akademis. Padahal hal ini semakin hari semakin tidak relevan. Kita perlu menanamkan dalam pikiran kita bahwa bidang yang kita pelajari tidak selalu harus berupa bidang pengetahuan, profesi atau yang berbau ilmiah saja. Kita juga bisa belajar terus dalam berbagai situasi sosial, meningkatkan kemampuan adaptasi demi pengembangan pribadi dan menjadi warganegara yang lebih aktif terlibat. Dengan memahami bahwa kegiatan belajar itu fleksibel, bervariasi, bisa terjadi pada setiap saat dan setiap situasi, kita jadi lebih berani mengatakan pada diri kita sendiri bahwa kita memang harus selalu belajar. Kegiatan belajar adalah kemampuan, atau kebiasaan kita untuk mengekspansi pikiran kita secara terus menerus. Tidak pernah ada kata berhenti, karena pada dasarnya ruang di dalam otak kita tidak mungkin kepenuhan informasi. Mudah dikatakan, tetapi tidak semua orang mempraktikannya.  Banyak orang yang merasa lelah dan tidak mau belajar lagi, tidak mau tahu tentang hal dan perkembangan baru yang dirasa semakin lama semakin banyak dan membingungkan. Banyak juga yang merasa, bila ia sudah selesai mempelajari sesuatu, ia bisa berhenti dulu untuk menikmati mastery yang baru dikuasainya ini. Padahal, dunia tidak pernah tidur dan beristirahat untuk berkembang. Dunia tidak menunggu sampai masa istirahat kita selesai. Setiap menit, muncul aplikasi baru di berbagai belahan dunia, yang semakin membuktikan bahwa keterampilan-keterampilan baru itu diperlukan secara mendesak. Masihkah kita mau bermalas-malasan untuk menyerap dan mengolah pikiran kita?

Ragam pembelajaran

Merasakan bahwa kegiatan belajar kita sering vacum , entah karena lalai, malas atau tidak terdesak, maka tugas pertama kita bila ingin sukses adalah me-refresh lagi cara belajar kita. Apalagi bila kita sadar bahwa yang dimaksud dengan belajar itu bukan sekedar secara longitudinal, lifelong saja, melainkan juga life-wide, secara formal, nonformal dan informal.  Jadi ‘lifelong learning’ ini mempunyai dimensi yang lifewide. Belajarpun bisa terjadi dalam berbagai dimensi: learning to know adalah belajar dengan mendapatkan pengetahuan baru; learning to do adalah mempelajari keterampilan-keterampilan baru sesuai perkembangan jaman; learning to live together adalah ketika kita  belajar kemampuan untuk memecahkan konflik, mendalami orang lain dan mencoba memahami budaya dan alam pikiran orang lain, belajar berkomunitas dan lebih terlibat serta melibatkan orang lain. Juga, learning to be, yang lebih mengembangkan keseimbangan jiwa, kepekaan, serta apresiasi estetika dan spiritualitas. Bukankah dengan demikian akan membuat kita bisa lebih menguasai ketidakpastian dan ketidakjelasan di dunia ini? Peter Drucker dalam bukunya Innovation and Entrepreneurship mengungkapkan : the primary sources of innovation in a company are the unexpected success or the unexpected failures. Hanya dengan keterampilan belajarlah kita bisa mengambil keuntungan dari kegagalan.

Lifelong learning, suatu keharusan ekonomis

Pembelajaran dan kepegawaian sudah tidak bisa dipisah lagi. Kita tahu bahwa semakin lama, perusahaan pun menyadari bahwa pembelajaran bisa terjadi sambil kerja, on the job. Bagaimana bisa individu yang malas belajar, dapat bertahan dalam dunia dimana tuntutan untuk setiap karyawan menguasai keterampilan campuran adalah suatu keharusan? Keterampilan coding misalnya, yang dulu kita asumsikan hanya dikuasai oleh para programmer, saat sekarang menjadi keterampilan umum yang bisa jadi perlu juga dikuasai oleh semua profesi. Jadi jelas, bila ingin tetap kuat menahan kompetisi, tak ada jalan lain selain terus membiasakan diri untuk belajar, dimana saja, kapan saja. Kemampuan belajar, sikap terbuka penuh rasa ingin tahu sudah menjadi core competence dalam setiap profesi. Beberapa teman yang memang sudah mempunyai kebiasaan belajar ini juga tampil lebih segar, muda dan happy.  Mereka biasanya lebih terampil bertanya, menggali dan terkesan intellectually vibrant. Orang pembelajar juga mempunyai kesempatan untuk lebih termotivasi karena mereka senantiasa menemukan hal baru untuk mereka geluti. Bukankah ada rasa ekstasi dan kelegaan bila kita berhasil menyelesaikan sebuah buku atau mendapatkan solusi untuk masalah yang rumit?  Jadi, pembelajaran ternyata juga membawa kesejahteraan sosial, emosional dan fisik.

Most people are creatures of habit. Kalau tidak terbiasa menghadapi hal yang tak terduga, kita cenderung memilih untuk mengabaikan fakta-fakta dan tetap berpegang pada hal-hal yang “dari dulu” sudah demikian adanya. Padahal hidup seharusnya terus bergerak maju.  Always change and adapt.

Dimuat dalam harian Kompas, 20 Desember 2017.

Untuk informasi lebih lanjut, hubungi marketing@experd.com