was successfully added to your cart.

7 KUNCI SUKSES DI MASA DEPAN: #4 BERSIKAPLAH TAKTIS, TEMUKAN SOLUSI

7 KUNCI SUKSES DI MASA DEPAN:  #4 BERSIKAPLAH TAKTIS, TEMUKAN SOLUSI

THINGS happen” kata orang yang sedang terkejut menghadapi situasi yang tak diduga-duga. Perabot rusak, listrik korslet, rencana yang matang tiba-tiba batal karena peristiwa yang tidak bisa dielakkan.

Kita memang menghadapi banyak sekali masalah dalam kehidupan, dan terasa tak akan pernah cukup waktu untuk menyelesaikannya. Masalah akan berdatangan terus, dan akhirnya kita sering baru tersadar bahwa banyak masalah ternyata ditunda penyelesaiannya atau hanya diselesaikan sebagian sehingga tidak tuntas. Dalam menghadapi kepungan masalah ini, banyak di antara kita yang tidak lagi peduli untuk menemukan inti permasalahan, tetapi sekedar menangani gejala yang timbul. Apakah anda juga mengalami hal ini?

“All life is problem solving” demikian Karl Popper, filsuf abad ke-20. Namun, bukankah banyak orang yang tidak merasa bahwa penyelesaian masalah adalah tanggung jawabnya? Ada yang menunggu atasannya, atau pasangannya, atau teman kerjanya. Apalagi bila kita menghadapi masalah yang lebih kompleks, seperti politik kantor, masalah-masalah kinerja, menurunnya penjualan, budget yang dipangkas, dan berbagai macam situasi yang membuat orang tidak produktif. Jangankan melihat masalah sebagai sebuah kesempatan, bahkan mengambil waktu untuk sedikit mundur dan melihat masalahnya dari kejauhan saja pun kita tidak sempat.

Antara “puzzle” dan misteri

Bila diamati baik-baik, saat sekarang kita sesungguhnya tidak bisa lagi menyelesaikan masalah secara konvensional. Di sekolah-sekolah bisnis pun kita belajar menyelesaikan kasus-kasus rumit dengan menggunakan teknik-teknik riset pasar, analisa kompetitif, proyeksi finansial, dan rasio-rasio yang sudah diteliti terlebih dahulu.

Bila dulu kita merasa bahwa penyelesaian masalah bisa dilakukan secara matematis, bahkan secara linear, sekarang di jaman VUCA ini, masalah serba tak jelas, terlalu dinamis, dan ambigu. Bila di dekade yang lalu kita masih bisa menggunakan pendekatan yang pasti dalam menghadapi masalah, dengan teknik-teknik problem solving seperti teknik 5 why-nya Toyota, dimana kita tahu bahwa jawaban atas masalah itu pasti ada, maka di saat sekarang kita tidak bisa berharap demikian. Malcolm Gladwell yang menganalisa kejatuhan Enron, mengatakan: “puzzles are known problems with known or knowable solutions”.

Pada saat sekarang, banyak hal yang tidak masuk akal, tetapi nyata-nyata terjadi. Situasi ini lebih tepat bila dianalogikan sebagai misteri: unknown problems with unknown answers, yang kadang bisa diselesaikan dengan inovasi atau discovery yang tidak lazim. Jawabannya bisa-bisa tidak lazim dan tidak ada di dalam buku-buku maupun jurnal hasil penelitian, tetapi justru melalui hasil observasi original, sikap eksploratif, wawancara terbuka, ataupun pembuktian hipotesa yang  berlandaskan keyakinan bahwa semua hal itu bisa tak jelas dan tidak pasti.

Pada era sekarang, seorang yang bisa mencari solusi memang seperti halnya memecahkan sebuah misteri. Ia perlu kuat mengobservasi, mencari tahu dengan menggunakan empati dan intuisinya, melakukan tes dengan cepat dan siap mengubah solusi bila ternyata belum pas. “With math, there is only one right answer. But with design, there are many right answers.” (Carl Bass, CEO dari Autodesk). Jadi, manusia sekarang, dalam memecahkan masalah, mesti berfikir bagai desainer layaknya, menghasilkan solusi dari sesuatu yang tidak ada.

Mewaspadai “mental block”

Kemampuan kita untuk mencari solusi seringkali juga dihambat oleh beberapa mental blocking yang amat perlu kita kenali. Ada perceptual block, yaitu dimana berdasarkan pengalaman di masa lalu kita meyakini bahwa suatu masalah pasti hanya bisa diselesaikan dengan satu pendekatan saja.

Adapula emotional block yang muncul dalam bentuk keengganan mengambil resiko, menghindari kompleksitas dan oversimplify masalah. Lalu ada cultural block, yaitu kita tidak lagi mempertanyakan hal-hal yang sudah berlaku umum. Terakhir adalah expressive block, yaitu kita sulit mengemukakan ide-ide segar kita kepada orang lain.

Taktis menghadapi dunia yang penuh dilemma

Bila kita menyadari bahwa dunia penuh masalah yang menuntut kecepatan, pemahaman dan analisa, saat sekarang kita seolah berhadapan dengan situasi yang penuh dilemma. Sejak usia muda, generasi milenial pun sudah harus mengasah common sense, kecermatan, kecepatan dan kesabarannya untuk menghadapi ketidakpastian.

Kita perlu mempunyai taktik untuk mampu beradaptasi dengan kenyataan ini. Kita perlu memiliki vision, yaitu kapasitas untuk melihat masa depan dan selalu meramal sendiri, apa yang kita harapkan di masa depan. Understanding, yaitu kemampuan observasi, melihat, mendengar dan menerjemahkan situasi. Clarity yaitu kemampuan mengartikan chaos dengan lebih gamblang. Lalu Agility yaitu kemampuan menghubungkan pengetahuan, rasa saling percaya, dan bergerak cepat sesuai tuntutan yang dinamis.

Selain itu, risiko pun sudah harus menjadi teman akrab kita, selalu diperhitungkan, tetapi kemudian berwujud dalam bentuk tindakan nyata. Hal ini menuntut kita untuk memiliki self awareness tingkat tinggi, dan proses refleksi setiap saat, dengan memanfaatkan kegagalan sebagai pembelajaran intensif. Kita perlu menjadi pemikir kritis yang selalu siap bounce back dan terbiasa dengan turbulensi keadaan ini.

Gaya problem solving yang baru ini diperlukan bila kita memang ingin berkembang terus. “Each experience teaches us all new things. Embrace problem solving and the many unseen treasures it represents.”

Dimuat dalam Kompas, 25 November 2017

Untuk informasi lebih lanjut, hubungi marketing@experd.com