was successfully added to your cart.

7 KUNCI SUKSES DI MASA DEPAN: #6 STAY CONNECTED

7 KUNCI SUKSES DI MASA DEPAN:  #6 STAY CONNECTED

Sudah tidak bisa dipungkiri lagi bahwa era digital ini mempunyai dampak besar bagi kegiatan ekonomi, teknologi dan profesi. Harapan pelanggan atau yang sering disebut dengan “user expectations” berubah dengan cepat, sehingga para penyedia jasa pun perlu menata ulang posisinya agar bisa terus kompetitif. Sudah pasti mereka perlu belajar lebih giat lagi, bukan hanya dari buku tetapi justru melalui kegiatan-kegiatan brainstorming yang dapat membawa kita pada ide-ide baru nan segar. Kita bisa ambil contoh pemusik. Dengan kemajuan teknologi, setiap orang yang bukan pemusik profesionalpun bisa membuat lagu, mengatur suara sampai terdengar mulus dan bagus, bahkan membuat rekaman yang hampir sempurna. Sebagai dampaknya, pemusik perlu berfikir keras untuk dapat menyajikan nilai tambah yang tidak bisa dicapai dengan kecanggihan teknologi semata.

Kita tidak bisa bekerja sendiri

Belakangan ini upaya kolaborasi tengah menjadi trend yang mendunia. Kolaborasi bisa terjadi antara 2 pemusik, antara 2 genre, antara 2 profesi, bahkan antara 2 brand yang tadinya berbeda pasar dan misi. Tidak bisa kita bayangkan, bagaimana para profesional dengan egonya masing-masing ini bisa berdiskusi, sehingga akhirnya membentuk kolaborasi yang kita nikmati sekarang. Kita tidak bisa lagi membayangkan kesuksesan seorang profesional yang hanya bekerja dalam “silo” secara mandiri. Kegiatan kerjasama, networking, saling kontak, aktif dalam komunitas sudah bukan kegiatan “ekstrakurikuler” yang nice to have, tetapi merupakan kegiatan utama setiap profesi.  Kita tahu bahwa informasi bisa didapatkan secara gratis dari internet, namun pertukaran ide, manajemen informasi, keterlibatan dalam proyek-proyek percobaan, bertambahnya teman-teman baru, hanya bisa kita dapatkan melalui kegiatan networking yang intensif. Bila di antara kita masih ada yang merasa bahwa kegiatan ini membuang-buang waktu, maka mungkin kita harus mengkaji ulang apakah jejaring yang kita bangun betul-betul yang kita butuhkan, atau ternyata kita tengah menebar jaring di tempat yang salah?

Networking : kemampuan professional, teknikal, dan  berpolitik

Tidak jarang kita menjumpai mereka yang menganggap berpolitik sebagai kegiatan yang tidak terpuji, kotor, dan harus dihindari. Jika dilihat secara etimologis, kata politik memiliki muatan policy atau kebijakan, sehingga bisa dilihat sebagai perilaku yang berkaitan dengan pembuatan kebijakan. Joice Mitchel, seorang penulis, mengatakan bahwa politik adalah pengambilan keputusan kolektif atau pembuatan kebijaksanaan umum untuk masyarakat seluruhnya. Jadi, kegiatan berpolitik dibutuhkan oleh semua orang yang ingin mendapatkan dukungan agar ide, produk ataupun tujuan lain yang ingin dicapainya bisa diterima oleh masyarakat luas. Yang kotor adalah manakala politik digunakan hanya untuk menerapkan kebijakan yang dalam jangka panjang ternyata merugikan masyarakat luas.

Bila misalnya, produsen ingin membuat produknya dapat diterima dan dibeli oleh masyarakat luas, tidak jarang ketrampilan-ketrampilan berpolitik ini perlu dilakukan untuk lebih mendapatkan buy-in dari masyarakat luas. Ketrampilan untuk melakukan pendekatan, mengikat emosi secara nyata, perlu terus dibangun. Contohnya, Bukalapak yang adalah platform pasar digital berusaha membangun keintiman dengan para user-nya secara tatap muka melalui kegiatan musik, BukaMusik. Networking bekerja layaknya magic. Seorang teman yang tadinya hanya memenuhi undangan teman untuk ngopi bareng, akhirnya menemukan kesempatan untuk mengembangkan sayap bisnisnya secara global setelah “kopi darat” tersebut.

Kenali diri, visi, misi dan sasaran

Banyak orang menyalahartikan kegiatan networking ini dengan kegiatan sekedar basa-basi atau silaturahmi saja. Hal ini memang merupakan dasar dari kegiatan berjejaring dimana kita perlu bisa bercanda, berbicara ringan dan santai. Namun dibalik kegiatan informal ini kita harus tahu apa yang kita mau, dan apa misi dari profesi dan institusi yang hendak kita sebarkan. Seorang pengusaha start-up sekalipun juga harus mengerti keuntungan apa yang bisa didapat orang yang menggunakan jasanya, dan bagaimana ia bisa me-monetize kegiatannya. Agenda kita tidak bisa disampaikan secara blak-blakan, karena orang akan cenderung menjauh dalam proses hard sell seperti itu. Kita perlu belajar bagaimana mencari timing yang tepat untuk masuk menyampaikan misi kita.

Kitapun perlu belajar menahan ego, merendah, dan membuka diri untuk berkolaborasi, karena inilah jalan satu satunya untuk tetap belajar, menimba ilmu dan menyebarkan misi kita kepada dunia global. Kemitraan tidak selalu harus berbentuk kerjasama yang baku. Kita bisa melakukannya untuk suatu musim tertentu, projek tertentu ataupun pelanggan tertentu. Yang jelas, kolaborasi membentuk keunikan baru yang tadinya tidak dimiliki, sehingga kita bisa berinovasi dan memasuki pasar-pasar baru.

Kemanusiaan kita semakin penting

Semakin digitalnya dunia, timbul kekhawatiran manusia menjadi semakin teralienasi. Khittah manusia sebagai mahluk sosial sebenarnya tetap ada. Alignment tidak bisa dilakukan mesin. Ketertarikan interpersonal adalah masalah perasaan. Keunikan individu dapat terasa lebih kuat pada saat bertemu muka dan berinteraksi secara mendalam. Kemanusiaan kita adalah senjata rahasia kita. Jadi, tetap menjaga silaturahmi dan kemampuan untuk melibatkan diri dalam diskusi-diskusi serius tetapi santai adalah ketrampilan terkini yang sebenarnya harus dimiliki oleh semua orang.

Sebagai profesional, kita perlu mengolah ulang diri kita sendiri. Kita perlu menggalakkan disiplin dalam mendengar, belajar, menyambung rasa dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, baik secara online maupun offline.

Dimuat dalam harian Kompas, 9 Desember 2017.

For further information, please contact marketing@experd.com