was successfully added to your cart.

SPORTIF YUK

SPORTIF YUK

Banyak penonton patah hati, menyaksikan laga balap motoGP yang akhirnya dimenangkan oleh Jorge Lorenzo sebanyak 5 point dari juara bertahan Valentino Rossi. Beragam analisa dan asumsi bertebaran di mana-mana. Ada yang mengatakan bahwa Rossi, memang betul terlihat bersalah mendorong Marquez, sehingga patut mendapat hukuman untuk start di urutan paling belakang. Namun, banyak juga mereka yang tetap menjadi fans Rossi menganggap dialah juara yang sebenarnya. Yang jelas, dalam laga olahraga berhadiah milyaran rupiah ini, penonton tidak lagi disuguhi permainan yang manis, seru dan asik. Justru yang terjadi adalah timbulnya rasa gundah setelah permainan selesai, emosi marah yang entah ditujukan kepada siapa karena yang pantas dibelapun tampaknya memiliki catatan kesalahan yang tak terelakkan. Penonton kecewa.

Mengapa kita kecewa? Bukankah banyak tontonan seperti film, juga berakhir dengan hal yang menyedihkan, mengecewakan, bahkan mengambang? Bukankah tidak selamanya kita bisa mendapatkan apa yang kita inginkan? Kalau kita telaah lebih lanjut, sebenarnya bukan hasil akhir yang menimbulkan kekecewaan kepada kita. Bagaimana hasil tersebut diperolehlah yang mungkin membuat banyak dari kita menjadi patah arang.

Kalah dan menang bisa dianggap sebagai bagian dari permainan. Namun, ketika ada aturan yang dilanggar, ada fairness yang tidak dipegang secara teguh, kita akan merasakan kesia-siaan dari apa yang diperjuangkan melalui jalan panjang penuh kerja keras. Bahayanya, sikap tidak sportif ini dapat mendemotivasi tidak hanya para pemain yang terlibat namun juga mereka yang mungkin hanya sekedar penonton.

Seorang ahli manajemen mengatakan,  “Effective motivation is a lifestyle”. Artinya, walaupun kita bukan atlet olahraga, jiwa sportif tetap penting untuk dikembangkan oleh setiap orang. Semakin sportif seorang pemain, semakin antusias penonton yang terlibat. Pertandingan menjadi bukan sekedar permainan. Pertandingan sudah menjadi ajang pertunjukkan karakter para pemainnya. Seorang pemain yang menolong lawan untuk berdiri akan di puji dan direspeki penonton. Hasil dari persaingan bisa saja kalah ataupun menang. Satu satunya jalan menerima kekalahan dengan hati besar adalah dengan langsung memikirkan taktik untuk menang di masa depan.

Sikap sportif bukan satu satunya modal untuk menang, melainkan landasan agar kita bisa tetap menghargai diri sendiri maupun lawan sebagai manusia, serta segala aturan yang ada dalam permainan. Dengan memelihara sikap sportif, kita bisa menjaga motivasi dan keberadaan kita di dalam konstelasi sosial yang ada. Pemain yang tidak sportif, yang mematah-matahkan raketnya bila kalah, menyerang bahkan mencaci wasit, akan dicatat oleh penonton. Karena yang penting sebenarnya. “It is not what you do, but HOW you do it that matters”.

Kuat bertanding

Pernah ada seseorang bertanya pada saya, bagaimana seorang olahragawan bisa menjaga stamina mentalnya. Jawabannya ada pada frekuensi berlatihnya. Semakin sering seorang olahragawan melatih otot, teknik, stamina dan taktiknya, semakin ia sadar bahwa kekalahan hanyalah suatu pecutan untuk berlatih lebih keras. Pertandingan bukanlah tujuan akhir tetapi hanya merupakan milestone dari prestasinya.

Tentunya seorang atlet mempunyai sasaran akhir, tapi ia sangat sadar bahwa tidak ada sasaran menantang yang bisa diraih sekali jadi tanpa melalui perjuangan keras. Ketahanan mental inilah yang justru merupakan pertunjukan yang menarik. Ada pride, ada spirit, ada disiplin, komitmen dan terakhir dan terpenting adalah sikap jantan tadi. Dan kalau pada akhirnya pertandingan diakhiri dengan kemenangan, ia boleh layak berbangga hati dengan prestasinya itu.  

Sikap sportif dalam hidup

Selain orang-orang yang mempunyai kualifikasi sesuai, perusahaan-perusahaan pun mencari mereka yang mempunyai daya tahan layaknya seorang atlet. Alasannya? “The way you do something is the way you do everything”. Jadi, perusahaan tentunya berharap merekrut orang-orang yang memiliki sikap fairness, positif, dan mampu bertanding.

Siapa yang respek menghadapi orang yang tidak meminta maaf bila salah ucap, mereka yang marah bila pendapatnya tidak diterima oleh orang lain? Tontonan mengenai anggota masyarakat yang tidak bersikap sportif belakangan ini semakin menjadi makanan sehari hari. Jangan sampai kita menjadikan ini sebagai suatu hal yang biasa dan normatif.

Kita perlu mempertahankan motivasi tinggi, sikap realistis, kuat menghadapi kesulitan, tidak patah semangat dalam kekalahan maupun jumawa dalam kemenangan. Kita pun perlu menghormati aturan main, baik dalam berapat, berkomunikasi, maupun berdebat. Bahkan Adolf Hitler pun sudah mengatakan, “The sportive, knightly battle awakens the best human characteristics. It doesn't separate, but unites the combatants in understanding and respect. He also helps to connect the countries in the spirit of peace. That's why the Olympic Flame should never die.” Kitalah yang menentukan kadar sportivitas kita sendiri. 

Dimuat dalam KOMPAS 14 November 2015

For further information, please contact marketing@experd.com